Data kependudukan kita ini, yang saya tau ternyata memang sudah terintegrasi dengan data kependudukan di Polri, terutama di bagian tukang bikin SIM. Cukup sebutin NIK saja ke tukang SIM di Polres maka semua informasi kita langsung nongol. Tidak perlu banyak pertanyaan lagi buat ngisi data.
Tapi setahu saya, dulu proyek KTP Elektronik ini, dari rekam data dan lain lainnya itu menghabiskan uang banyak yang belum pernah bisa saya bayangkan. Kalau tidak salah 5,9 Triliun. Itu duit banyak lho. Kalau membayangkan Milyar saya masih bisa, karena walaupun miskin begini saya pernah punya duit milyar milyar duluuuuuuu. Triliun itu nolnya banyak banget harusnya. Duit segini, bisa buat beli kambing panggang 195 juta porsi. Atau kalau buat beli gemblong bu Juju yang terkenal itu bisa dibagi ke semua rakyat Indonesia, Singapura, Malaysia dan Vietnam.
Nah bayangan saya, setelah kita punya KTP yang dulu katanya canggih ini, ya seperti di film-film Hollywood itu, kalau mau apa apa tinggal sebut nomer induk kependudukan kita maka semua data kita akan keluar semua, termasuk catatan kriminal. Contohnya mau ke Rumah Sakit, ngapin coba harus pakai kartu BPJS lagi, harusnya kan begitu tunjukin KTP langsung keluar data kita, terdaftar di jaminan kesehatan atau tidak. Harusnya ya setiap warga negara Indonesia kalau ke Puskesmas atau RSUD ya tunjukin KTP aja selesai. Ke RS Swasta baru bayar. Jadi dompet tidak perlu tebal tebal kebanyakan kartu, KTP, NPWP, BPJS, SIM 2 biji, kartu utang dll.
Nah perkara virus SARS-CoV-2 yang bikin porak poranda bumi sejak 2020 ini, dan mulai adanya vaksinasi dan trend perjalanan, kenapa KTP Elektronik ini tidak bisa berfungsi sebagai filter. Kemana kecanggihannya KTP Elektronik yang biayanya senilai 195 juta porsi kambing Panggang ini?
Padahal saya berharap setelah saya divaksin, data dari Satgas COVID-19 ini kemudian terintegrasi dengan Kemendagri yang mengelola data kependudukan. Disitu di data KTP saya ada informasi kalau saya sudah vaksin SARS-CoV-2, jadi kemudian saya boleh tidak memakai masker. Saya boleh ke mall, ke tempat wisata, bisa membeli ticket pesawat dan Kereta. Para pemangku kepentingan di KAI dan Maskapai itu, juga Polisi Lalu Lintas cukup bawa scanner saja, menscan KTP saya dan mereka akan dapat informasi ini. Jadi filternya dari sini, jika belum divaksin maka NIK yang dipakai beli ini akan ditolak untuk beli ticket, juga tidak bisa melakukan perjalanan keluar kota seperti mudik seperti sekarang. Tidak bisa masuk Ancol dan Ragunan juga. Jadi bisa hemat, tidak perlu lagi surat bebas COVID yang gampang dipalsukan. Kerja aparat juga akan lebih enak ketika harus memutar balik kendaraan pas mudik. Bisa ziarah ke makam, juga bisa nonton film terbaru di bioskop XXI. Warga juga akan semangat untuk menerima Vaksin. Tracking petugas juga akan lebih gampang.
Tapi mungkin saya yang halu, ya kali Kemendagri bisa megintegrasikan informasi kependudukan ini dalam sebuah KTP Elektronik. Ekpektasi saya mungkin juga terlalu tinggi. Mungkin duitnya tidak cukup yang 5,9 triliun itu. Jadi ya sudah, mending buat beli kambing panggang saja. Lumayan bisa dapat 195 juta porsi. Inipun kalau jumlah babinya ada, keburu punah mungkin babinya pada dipakai buat konspirasi babi ngepet.
Mudah-mudahan tenaga medis kita diberi kesabaran dan kekuatan dua minggu kedepan.
zhie.ahmadd