Uzbekistan, yang merupakan sekutu dekat Rusia, menyerukan agar konflik yang tengah berlangsung di Ukraina dihentikan segera. Uzbekistan juga menyerukan resolusi diplomatik bagi pihak-pihak yang berkonflik.
Tidak hanya itu, otoritas Uzbekistan dalam pernyataannya juga menegaskan tidak akan mengakui negara bagian yang dikuasai separatis pro-Rusia di Ukraina. Demikian seperti dilansir Reuters, Jumat (18/3/2022).
Seruan Uzbekistan itu menjadi pernyataan antiperang terkuat yang dilontarkan oleh negara bekas Uni Soviet yang juga sekutu Rusia.
Menteri Luar Negeri Uzbekistan Abdulaziz Kamilov menuturkan kepada parlemen bahwa meskipun Uzbekistan ingin menjaga hubungan baik dengan Rusia dan Ukraina, namun negara ini menentang perang.
“Pertama, Uzbekistan sangat prihatin dengan situasi di sekitar Ukraina,” ucap Kamilov dalam pernyataannya.
“Kedua, kita adalah pendukung untuk mencari solusi damai bagi situasi ini dan menyelesaikan konflik dengan cara politik dan diplomatik. Tapi untuk bisa melakukan itu, pertama-tama, permusuhan dan kekerasan harus segera dihentikan,” cetusnya.
Perekonomian Uzbekistan diketahui sangat bergabung pada ekspor ke Rusia, juga pengiriman uang dari warga Uzbekistan yang bekerja di Rusia. Uzbekistan menjadi pemantau dalam blok ekonomi yang dipimpin Rusia tahun 2020, meskipun negara ini tetap berada di luar blok militer serupa pasca-Uni Soviet.
Tidak ada negara sekutu Rusia dan bekas Soviet di Asia Tengah lainnya yang mendukung invasi ke Ukraina, meskipun negara-negara itu tidak berbicara terang-terangan dalam menentang invasi.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengatakan pekan lalu bahwa ‘semua negara harus secara ketat mematuhi norma dan prinsip piagam Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)’ dan ‘peluang diplomatik baru harus diupayakan untuk menyelesaikan situasi konflik secara damai’.
Baik Uzbekistan maupun Kazakhstan sama-sama menyatakan akan memberikan bantuan kemanusiaan ke Ukraina.
Disarikan oleh P.