Pengamat pasar modal William Hartanto mengatakan berbagai dugaan kecurangan pada pemilu 2024 bisa menyurutkan minat pengusaha dan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Minat investor akan berkurang jika ada protes terkait dugaan kecurangan pemilu.
Menurut William, pasar cenderung lebih fokus pada kondisi dan situasi aktual dibandingkan jumlah orang yang akan menjadi pemenang.
“Karena kalau kita lihat respons market, ini sebenernya bukan tentang siapa pemenangnya, melainkan kondisi Pilpresnya seperti apa,” ujar William kepada Tempo, dikutip Kamis, 22 Februari 2024.
Sementara terkait tokoh-tokoh yang kemudian akan terpilih, William menuturkan bahwa pemilihan tersebut tidak akan memberikan efek signifikan terhadap investor.
“Paling cuma jadi sentimen sesaat aja. Seperti dulu waktu pemilihan Erick Thohir jadi menteri BUMN itu kan sempet bikin saham-sahamnya (perusahaan milik Erick dan BUMN) naik,” tuturnya.
Saham-saham dimaksud, kata dia, seperti PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI), PT Mahaka Media Tbk (ABBA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Adhi Karya (ADHI), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), dan berbagai saham BUMN Karya lainnya yang kompak menguat kala itu. Hal yang sama terjadi ketika Sandiaga Uno terpilih menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
“Itu juga sempat bikin saham-sahamnya (mililk Sandiaga) naik, tapi itu cuma sementara saja karena bentuk respon pasar terhadap sentimen. Nantinya yang dilihat pelaku pasar adalah efek menteri terhadap kinerja emitennya,” ujar William.
Saat ini pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua, Prabowo Subinato dan Gibran Rakabuming Raka, unggul dalam hasil hitung cepat atau quick count. Sejumlah hasil quick count dari berbagai lembaga survei menunjukkan potensi Pemilu satu putaran yang dimenangkan oleh Prabowo-Gibran. Mereka berhasil meraih suara terbanyak dengan rata-rata 57–60 persen.
Hasil hitung nyata atau real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga menunjukkan pasangan tersebut unggul dibanding kedua paslon lainnya. Per 22 Februari 2024 pukul 07.00 WIB, pasangan Prabowo-Gibran memimpin dengan nilai 58,88 persen. Sementara Anies-Muhaimin sebanyak 24,09 persen, dan Ganjar-Mahfud MD sebanyak 17,03 persen.
Namun, sejumlah pihak menyebut terjadi banyak kecurangan dalam Pemilu kali ini, yang disebut menguntungkan kubu 02. Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (TimNas AMIN) sebelumnya menyatakan bahwa terdapat indikasi kuat pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) dalam Pemilu 2024. Sementara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo -Mahfud Md juga menilai adanya kecurangan Pemilu dari hulu ke hilir yang mengarah pada pelanggaran secara TSM. Bahkan, TPN membentuk tim khusus untuk melawan dugaan kecurangan pemilihan umum atau Pemilu secara terukur melalui jalur hukum dan politik. Ganjar belakangan mendorong partai pengusung dirinya dan Anies untuk menggulirkan hak angket kepada Presiden Joko Widodo terkait dugaan kecurangan pemilu tersebut.
Disarikan Oleh ARS