Suriah dulu negara yang plural dan damai..
Satu kesalahan yang diakui oleh Bashar Assad, Presiden Suriah adalah membiarkan aliran wahabi berkembang biak disana. Dia juga tidak menindak tegas ormas2 radikal yang tumbuh seperti jamur di musim hujan.
Tahun 2011, disebuah kota kecil di Suriah, terjadilah gelombang protes kecil. Para pemrotes ini kemudian ditangkapi oleh aparat keamanan Suriah. Anak2 ini bisa jadi decoy atau umpan. Mereka berumur 9 sampai 15 tahun. ( Dina Sulaeman : Prahara di Suriah )
Ketika anak2 itu ditangkapi, muncullah aksi protes dan demo dimana-mana, di support oleh ormas radikal, kelompok penggiat HAM, komisi perlindungan anak dan banyak LSM lainnya. Tindakan aparat berlebihan, demo itu dibubarkan dgn kekerasan. Dan 4 orang dikabarkan meninggal.
Yang tidak diketahui oleh pemerintah Suriah, ormas2 radikal ini sudah bekerjasama dgn lembaga ulama internasional yang dibentuk di Saudi khusus utk menggoreng isu di Suriah. Demo semakin lama semakin marak karena dibesarkan apinya oleh kelompok wahabi. Dan tindakan aparat semakin represif.
Korban2 berjatuhan dan ini yang diharapkan pemberontak. Mereka membuat foto korban, memframingnya dalam bentuk hoax, dan ditambahkan korban2 lainnya yang entah dr peristiwa mana, ditambah narasi korban bau wangi dan syahid, dan disebarkan ke media internasional, juga ke lembaga ulama bentukan mereka di Saudi.
Demo semakin meluas. Situasi semakin tidak terkontrol. Dan di puncak situasi itulah, setan besarnya muncul. Amerika. Siapa lagi ?
Amerika sejak lama ingin membangun pangkalan militer di Suriah, tapi ditolak mentah2 oleh Suriah. Karena itu, AS mengembangkan cara dgn menjalin kerjasama dgn pemberontak Suriah.
Dan ketika demo2 besar muncul di banyak titik di Suriah, Amerika langsung keluarkan senjata terampuhnya, yaitu sanksi ekonomi. Sanksi ekonomi ini yang melumpuhkan Suriah dan memperluas area bentrokan sampai akhirnya muncul ISIS sebagai raja teror disana.
Pola-pola yang sama seperti di Suriah, muncul di Indonesia. Matinya 6 orang anggota FPI diframing dengan narasi pembunuhan dan pembantaian. Narasi ini dibangun untuk membingungkan orang awam kemudian menyalahkan pemerintah karena menggunakan kekerasan.
Yang diharapkan, muncul simpati kepada FPI sebagai pihak yang terzolimi dan membangkitkan perlawanan dari ormas2 radikal lain sehingga akan terbentuk klaster2 demo di beberapa tempat.
Saya sendiri sudah curiga ketika Mike Pompeo datang ke Indonesia dan menawarkan pangkalan militer di sini, karena AS takut dgn dominasi China di Indonesia. Apakah kedatangan Riziek ke Indonesia ada peran Amerika dgn telpon ke Saudi, sebagai mitra mereka, supaya “Lepaskan barang itu..”
Hati-hati. Aparat harus tegas. Tangkapi orang2 yang bangun framing bahwa polisi membantai dan membunuh anggota FPI. Mereka itulah corong2 penyebar kerusuhan yang sudah disiapkan..
Aparat harus tegas dan terukur. Atau kita kelak seperti Suriah..
Tulisan ini adalah karya pembelajaran jurnalistik mahasiswa STISIP Widuri atas nama AHMAD FAUZI
Kami sangat terbuka bila ada kekurangan dan koreksi, silahkan di masukan pada kolom komentar.