Begitu ada harapan akan terbukanya lapangan kerja baru, start-up atau start-up nyatanya tak bisa terhindar dari krisis. Tercatat, banyak startup dalam negeri yang mati akibat pandemi dan persaingan bisnis.
Secara global, tahun ini merupakan masa ‘kepunahan’ bagi startup teknologi. Perusahaan manajemen sekuritas Catra melaporkan bahwa setidaknya 543 startup telah bangkrut di tahun ini.
Menurut Catra, sepanjang tahun 2023, hampir 20% startup Bisnis akan memobilisasi modal dengan penilaian yang lebih rendah dari sebelumnya. Sementara itu, semakin banyak startup yang bangkrut pada kuartal ketiga tahun 2023.
Pitchbook melaporkan pendanaan modal ventura untuk startup turun lebih dari setengahnya sejak tahun lalu di seluruh dunia. Lalu, angka penggalangan dana tahunan untuk 2023 sedang menuju level terendah sejak 2015. Di Indonesia sendiri, nama-nama startup yang tersohor kini gulung tikar.
Berikut daftar startup yang tutup:
1. Pegipegi
Aplikasi biro perjalanan daring (OTA) Pegipegi menghentikan operasinya per Senin (11/12) kemarin. Perusahaan menyampaikan berita penutupan setelah hampir 12 tahun menjadi teman travel masyarakat Tanah Air.
Pegipegi menjadi salah satu korban yang tak mampu bertahan di tengah sengitnya persaingan di dunia startup.
2. Rumah.com
Rumah.com mengumumkan tutup di Indonesia pada 1 Desember 2023. Konglomerat properti asal Singapura, PropertyGuru, bakal menutup marketplace jual-beli rumah tersebut, setelah beroperasi lebih dari 10 tahun di Tanah Air.
Dengan keputusan ini, perusahaan memutus kontrak kerja atau PHK sebanyak 61 karyawannya. PropertyGuru menjanjikan pemberian dukungan bagi mereka yang terkena PHK, serta membantu proses transisi.
3. CoHive
Startup CoHive alias PT Evi Asia Tenggara resmi tutup pada awal 2023 lalu. Pihak perusahaan berdalih pandemi covid-19 yang berkepanjangan menjadi alasan gulung tikar.
Melalui situs resminya, CoHive menyampaikan salam perpisahan. Mereka mengumumkan sederet alasan di balik kebangkrutan perusahaan, termasuk pandemi covid-19.
CoHive menegaskan bisnis mereka sudah sepenuhnya tutup. Namun, CoHive 101 dan beberapa lokasi telah diambilalih oleh pihak lain. Dengan begitu, CoHive 101 masih beroperasi secara independen.
Sejatinya perusahaan penyedia ruang kerja berbagi alias co-working space itu sudah diputus pailit oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Januari 2023 . Itu tercantum dalam Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Register No: 231/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Jkt.Pst (18/1).
4. JD.ID
Lokapasar JD.ID resmi menutup layanannya di Indonesia pada 31 Maret 2023. Sebelum tutup, JD.ID melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terehadap 200 karyawannya.
JD.ID pertama kali beroperasi di Indonesia pada November 2015 dan saat itu memiliki 12 kategori pilihan produk. Ragam kategori produknya bervariasi mulai dari produk untuk ibu dan anak, smartphone, perangkat elektronik, hingga produk luxury.
Setahun setelah hadir di Indonesia, perusahaan mengaku bahwa bisnisnya berkembang sangat pesat. Jumlah produk yang ditawarkan pun bertumbuh cepat mulai kurang dari 10.000 SKU pada 2015 menjadi sekitar 100.000 SKU pada akhir 2016.
Namun, tampaknya JD.ID tak bisa bertahan dengan makin banyaknya e-commerce yang bermunculan dengan konsep yang sama, hingga pada akhirnya memilih menutup layanannya secara permanen di Tanah Air.
5. Fabelio
Startup penjualan jasa desain interior dan furniture PT Kayu Raya Indonesia atau Fabelio resmi dinyatakan pailit pada 2022. Berdasarkan pengumuman yang disampaikan Fabelio, perusahaan resmi pailit berdasarkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.47/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST, tertanggal 5 Oktober 2022.
“Menyatakan Debitur (PT. Kayu Raya Indonesia) dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya,” isi pengumuman poin satu yang dikutip dari surat kabar Bisnis Indonesia 14 Oktober 2022.
6. Beres.id
Startup Beres.id tutup pada 1 Juli 2022 lalu. Penyebabnya, yakni pandemi covid-19 yang berdampak pada gangguan operasional, kekurangan tenaga kerja, dan biaya operasional yang tinggi perusahaan.
Selain pandemi covid-19, inflasi juga turut membuat roda perusahaan berhenti beroperasi. Kenaikan harga disebut telah memengaruhi permintaan pelanggan, pemenuhan penyedia layanan, margin, hingga pendapatan perusahaan.
Beres.id mengatakan menutup operasional merupakan keputusan yang sulit. Tapi, perusahaan yakin ini merupakan cara terbaik untuk menghormati kewajiban kepada karyawan dengan memberikan pemberitahuan dan pembayaran pesangon.
7. Airy Rooms
Startup jaringan hotel murah Airy Rooms menutup seluruh rekanannya pada 31 Mei 2020.
Saat itu, pihak Airy menjelaskan pandemi virus covid-19 telah mengancam seluruh sektor bisnis, khususnya pariwisata.
Sebelum tutup, pada April 2020 lalu Airy dilaporkan memberhentikan 70 persen pegawai mereka. Airy sendiri didirikan pada 2015 lalu dan memiliki dua ribu jaringan properti dengan total 30 ribu unit kamar.
8. Qlapa
Qlapa, marketplace khusus untuk produk kerajinan tangan buatan Indonesia tutup pada 2019. Perusahaan tidak mampu bersaing dengan e-commerce besar seperti Tokopedia Cs.
Qlapa menyediakan fitur yang memungkinkan penjual mendapat pesanan yang dikostumisasi sesuai harapan pembeli. Penjual juga bisa menerima pesanan dalam bentuk pre-order jika si perajin hanya mau membuat produk berdasarkan pesanan.
9. HOOQ
Layanan streaming film HOOQ menutup layanan streaming film miliknya pada 2020.
Saat itu, Guntur Siboro, Country Head HOOQ Indonesia menanggapi alasan likuidasi perusahaan yang diisukan terkait dengan pandemi covid-19 akibat infeksi virus corona.
Terkait dengan isu tersebut, ia menyebut keputusan penutupan ini adalah hasil kesepakatan seluruh pemegang saham yang ingin konsentrasi pada bisnis inti mereka.
“Keputusan likuidasi adalah keputusan pemegang saham. Dugaan saya karena pemegang saham ingin konsentrasi pada core business-nya dalam situasi sulit saat ini,” tulisnya
Disarikan Oleh ARS