Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan kekesalannya saat memberikan instruksi di hadapan rapat Majelis Tinggi Demokrat tentang kesepakatan sepihak antara Anes Baswedan, Nasdem, dan PKB. Ia juga menyinggung peribahasa “musang berbulu domba”.
“Musang berbulu domba, itu di depan bersikap baik, manis, lembut penuh persahabatan, tapi di balik itu kalau kita lemah dan lengah, kita akan dicaplok dan dimakan habis,” ujar SBY dalam sambutan di kediamannya, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jumat (1/9/2023).
Dalam sambutannya, ia menuding Anies Baswedan sebagai sosok yang tak memiliki akhlak seorang pemimpin. Dalam Islam, kata SBY, umatnya harus memiliki cerminan pemimpin seperti Nabi Muhammad yang jujur atau shiddiq. Nabi Muhammad juga memiliki sifat dapat dipercaya dan amanah, yang sayangnya hal tersebut dinilai SBY tak ada dalam diri Anies.
“Kalau kita teladani akhlak pemimpin-pemimpin besar, bagi yang beragama Islam, akhlak Rasulullah, ya. Yang kita rasakan sekarang ini mereka tidak shiddiq, tidak jujur, tidak amanah, berarti tidak bisa dipercaya dan mengingkari hal-hal yang telah disepakati. Sekarang saja tidak shiddiq, tidak amanah, tidak memegang komitmen, bagaimana nanti kalau menjadi pemimpin dengan kekuasaan yang besar?” ujar SBY dalam sambutannya di Puri Cikeas, Bogor, Jumat (1/9/2023).
Namun, ia juga bersyukur bahwa pengkhianatan dari Anies dan Nasdem dilakukan sekarang. Kesepakatan Nasdem dengan PKB tersebut jauh hari sebelum pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada 19 Oktober sampai 25 November 2023. SBY menganggap Demokrat terhindar menjadi bagian dari pemerintahan yang tak memiliki etika seperti itu.
“Bayangkan kalau di masa depan kita punya mitra koalisi yang tidak tunduk, tidak patuh pada kesepakatan yang kita buat bersama, apalagi kalau mendikte, mengatur yang lain. Termasuk capres memaksakan kehendak dan tidak menganggap yang lain, saya kira bukan itu koalisi yang hendak kita bangun. Sekali lagi, kalau saya, kita patut bersyukur. Karenanya, mari kita hadapi semua ujian dan cobaan ini dengan tegar, sambil berikhtiar kita menjalin jalan keluarnya,” ujar SBY.
Setelah sambutannya, Majelis Tinggi Partai Demokrat menggelar rapat secara tertutup. Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng mengatakan, keputusan mengenai Pilpres 2024 merupakan kewenangan lembaganya. Saat ini, ia belum dapat memastikan keputusan Partai Demokrat untuk keluar dari Koalisi Perubahan. Namun, ia menyinggung soal Anies yang sudah mengkhianati partai berlambang bintang mercy itu.
“Orang ini belum jadi presiden, sudah meninggalkan kawan lama, kawan lama yang sudah lama bersama-sama, sudah dilamar, bahkan sedang menentukan tanggal harinya, kapan ini dideklarasikan bersama. Tiba-tiba dia kawin dengan orang lain,” ujar Andi.
Rapat Majelis Tinggi Partai Demokrat kemudian menghasilkan dua poin keputusan terkait sikap sepihak Partai Nasdem yang dikabarkan sepakat berkoalisi dengan PKB. Keputusan pertama, mereka resmi mencabut dukungan terhadap bakal calon presiden (capres), Anies Rasyid Baswedan.
“Partai Demokrat mencabut dukungan kepada Anies Baswedan sebagai calon presiden dalam Pilpres 2024,” ujar Andi Mallarangeng Jumat malam.
Rapat Majelis Tinggi Partai Demokrat berlangsung sekira dua jam dan dipimpin langsung oleh SBY. Dalam rapat tersebut, hadir juga Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) selaku Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.
“Kedua, Partai Demokrat tidak lagi berada di dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) karena telah terjadi pengingkaran terhadap kesepakatan yang dibangun selama ini,” ujar Andi.
Kemarahan kader
Sementara, kader Demokrat di berbagai daerah mencopoti baliho bergambar Anies dan AHY. Di Solo, Jawa Tengah, sejumlah baliho juga dibakar. Baliho yang diturunkan mulai dari di Jalan Gabugan-Brumbung, Kecamatan Tanon hingga di Jalan Solo-Purwodadi, Kecamatan Gemolong, di jalan Exit Tol Sragen di Pungkruk, Kecamatan Sidoharjo.
Ketua DPD Demokrat Jawa Tengah Rinto Subekti mengatakan itu adalah bentuk kemarahan dari para kader maupun caleg. Dasarnya karena kecewa atas keputusan Anies Baswedan dan Partai Nasdem. “Saya melihatnya cuma ada kemarahan dari caleg atas sikap tidak konsistennya Nasdem dan mas Anies terhadap proses kesepakatan kerjasama piagam tiga parpol. Wajar para caleg ataupun para kader melakukan kemarahan,” katanya.
Secara detail, Rinto mengatakan tak mengetahui rinci berapa baliho yang dibakar. Namun, ia mengatakan kemungkinan jumlahnya adalah puluhan. “Saya tidak hafal karena ada yang punya caleg, ada yang punya kader, ada yang punya relawan. (Berapa yang dicopot dan dibakar) mungkin puluhan ada,” katanya. Kendati demikian Rinto tak bisa mengidentifikasi bentuk kemarahan atas kekecewaan tersebut. Namun, ia menegaskan tak ada instruksi terkait pembakaran atau apapun.
“Terkait bentuk kemarahannya saya mungkin tidak bisa mengidentifikasi satu satu. Ibaratnya kalau ada sesuatu yang membuat kecewa itu tumpahan aja, tidak ada instruksi dari kami terkait kemarahan terhadap proses ini. Itu spontanitas mereka melihat media sosial, media online itu otomatis tapi tidak ada surat instruksi, itu spontanitas,” katanya.
“Apalagi mas Anies sudah memberikan surat permohonan kepada mas AHY tanggal 25 Agustus untuk menjadi calon wakil presiden. Tapi di tanggal 30 mas Anies menginformasikan berpasangan dengan cak Imin sebagai cawapres,” ungkapnya menambahkan.
Rinto juga menjelaskan kekecewaan tersebut tak hanya dirasakan oleh kader di Sragen. Namun, ia juga mengklaim aksi dari bentuk kemarahan tersebut dilakukan di seluruh daerah Indonesia. “(Aksinya dimana saja?)Semua se-Jateng, bahkan se-Indonesia,” katanya.
Kader Partai Demokrat Kota Depok juga mulai mencopot atribut kampanye berupa baliho atau spanduk dari berbagai caleg Demokrat yang menampilkan gambar Anies Baswedan di berbagai titik di daerah tersebut. Tindakan ini dilakukan untuk menunjukkan kekecewaan kader kepada Capres yang didukung Koalisi Perubahan itu.
“Kita sudah instruksikan, kita ada grup Bacaleg Kota Depok. Saya langsung yang menginstruksikan tadi pagi bahwa seluruh atribut yang ada gambar Anies-nya harus dicabut,” jelas Ketua DPC Partai Demokrat Kota Depok Edi Sitorus usai mencopot beberapa baliho bergambar Anies, Jumat (1/9/2023).
Tidak hanya baliho, ia juga meminta untuk menghapus gambar-gambar Anies di media sosial para kader. “Termasuk yang di media sosial di Instagram dan lain sebagainya yang ada di WA (WhatsApp) semua harus dihapus, nggak boleh lagi ada gambar yang ada Anies-nya,” katanya.
Edi mengatakan belum tahu pasti jumlah baliho atau spanduk bergambar Anies yang akan dicopot, tapi ia memastikan semuanya akan dicopot. Upaya pencopotan atribut kampanye bergambar Anies tersebut saat ini terus dilakukan.
Dia juga menjelaskan, tindakan ini merupakan bentuk kekecewaan para kader Partai Demokrat yang selama ini mensosialisasikan Anies ke masyarakat. Mereka merasa partainya dikhianati karena tidak dilibatkan dalam pembahasan koalisi baru antara Nasdem dengan PKB.
“Ini memang kekecewaan seluruh kader Partai Demokrat, mungkin se-Indonesia khususnya juga di Depok. Hari ini, kita jelas mengikuti satu proses koalisi yang dilakukan oleh tiga partai, Nasdem, Demokrat dan PKS. Kita juga sering mengikuti acara-acara di mana ada Anies, ada Mas AHY kita selalu hadir baik di Bandung Jakarta dan lain sebagainya,” ujarnya.
Disarikan Oleh ARS