Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.655 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin (26/10) pagi. Angkanya menguat tipis 0,03 persen dari penutupan sebelumnya di level Rp14.660 per dolar AS.
Sementara, mata uang di Asia terlihat bergerak bervariasi. Tercatat, dolar Hong Kong bergerak stagnan, won Korea menguat 0,23 persen, peso Filipina menguat 0,16 persen, dan yen Jepang melemah 0,15 persen.
Kemudian, yuan China melemah 0,05 persen, dolar Singapura melemah 0,1 persen, ringgit Malaysia melemah 0,08 persen, dan baht Thailand melemah 0,02 persen.
Mayoritas mata uang di negara maju bergerak melemah terhadap dolar AS. Dolar Australia tercatat melemah 0,28 persen, euro Eropa melemah 0,16 persen, rubel Rusia minus 0,1 persen, poundsterling Inggris melemah 0,02 persen, dolar Kanada melemah 0,21 persen, dan franc Swiss melemah 0,04 persen.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memperkirakan rupiah bergerak melemah hari ini. Menurutnya, rupiah akan berada dalam kisaran Rp14.600-Rp14.750 per dolar AS.
Ariston menjelaskan rupiah berpotensi melemah lantaran belum ada keputusan terkait stimulus ekonomi di AS dalam menghadapi pandemi virus corona. Pasar khawatir pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam terganggu karena tak ada kepastian terkait stimulus tersebut.
“Kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan terganggunya pemulihan ekonomi karena sentimen di atas bisa mendorong pasar mencari aman di dolar AS,” ungkap Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Dari dalam negeri, sentimen masih datang dari Undang-Undang (UU) Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker). Beleid itu terus mengundang kontra dari sebagian pihak.
“Pasar masih mewaspadai perkembangan penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja,” pungkas Ariston. Sumber
” Tulisan ini adalah bagian dari tugas dan pembelajaran kelas Manajemen Media Digital. Apabila ada kesalahan atau kekurangan mohon di maafkan” M.Zainal/MMD5