Dua kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mundur, karena partainya dianggap main mata dengan Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra. Hal ini buntut kedatangan Prabowo ke DPP PSI pada 2 Agustus 2023.
Kedua kader itu, yakni Dwi Kundoyo, mundur sebagai caleg PSI DPRD DKI Jakarta. Lalu, Estugraha mundur sebagai caleg PSI DPRD Kota Bogor.
“PSI saya anggap sudah main mata dengan Prabowo Subianto. Kehadiran Prabowo ke DPP PSI, yang disambut hangat buat saya sudah mencederai semangat dan pandangan perjuangan saya selama ini,” kata Kundoyo melalui keterangan tertulis, Senin, 7 Agustus 2023.
Sekretaris Jenderal Ganjarian Spartan itu membeberkan alasannya tertarik mendaftar menjadi caleg PSI. Dia tergiur bergabung dengan PSI karena sudah menyatakan dukungan kepada calon presiden (capres) Ganjar Pranowo.
“Saya tertarik ikut serta berjuang bersama PSI, karena PSI berdasarkan hasil Rembuk Rakyat yang diadakan oleh PSI pada Oktober 2022 menetapkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden,” ujar Kundoyo.
Dia mengaku sudah terang-terangan sejak lama menolak Prabowo. Nama Menteri Pertahanan itu dinilai sudah tercoreng di masa lalu bahkan pada Pilpres 2014 dan 2019.
“Akhirnya, dengan penuh kesadaran, melalui kalimat, ‘ideologi dibentuk oleh sejarah’, saya menyatakan mundur sebagai calon legislatif DPRD DKI Jakarta dapil 1 dari PSI,” ujar Kundoyo.
Estugraha yang merupakan caleg DPRD dari Dapil 4, Kota Bogor, juga menyatakan mengundurkan diri. Wakil Ketua Umum Ganjarian Spartan itu menilai Prabowo punya rekam jejak kelam.
“Berpikir Prabowo sebagai alternatif pemimpin saja sudah tidak pantas, apalagi ‘menggelar karpet merah’ kepadanya,” ucap Estugraha.
Sebelumnya, Guntur Romli terlebih dulu menyatakan mundur dari PSI. Juru bicara PSI Sigit Widodo menghormati keputusan kader yang mundur.
“Tentu saja PSI menghormati pilihan politik semua bacaleg yang sebetulnya bahkan belum ditetapkan dalam Daftar Calon Sementara (DCS) oleh KPU,” ujar Sigit saat dihubungi.
Dia menilai alasan mundur karena kunjungan Prabowo tak beralasan. Sebab, kunjungan itu hanya silaturahmi biasa dan bukan terkait dukungan kepada Prabowo.
“Kalau alasannya pertemuan dengan Pak Prabowo, menurut saya tidak ada alasan untuk mundur karena pertemuan 2 Agustus kemarin hanya silaturahmi politik biasa antar parpol pendukung Pak Jokowi dan tidak bicara pencapresan,” jelas Sigit.
Disarikan Oleh ARS