Dengan keadaan yang sedang karantina seperti ini tidak menghalangi mereka yang ingin hidup bersama dalam ikatan suami istri atau yang lebih sering disebut dengan pernikahan. Semua bilang bahwa mereka yang menikah disaat karantina adalah pasangan yang tidak mengerti keadaan dan terlalu memaksakan. Namun berbeda dengan pendapat dari masing-masing pasangan. Mereka berpendapat bahwa menikah dikeadaan seperti ini dapat mengurangi biaya atau bisa dibilang irit. Karena mereka tidak perlu menggelar resepsi yang menghadirkan sanak saudara dan teman-teman. Mereka hanya perlu mendaftar di KUA dan menunggu jadwalnya. Yang hadir dalam pernikahan tersebut juga hanya Keluarga dari masing-masing pasangan yang ini menikah.
Pernikahan berlangsung dengan syarat yang sudah ditentukan dengan memakai masker selama proses berlangsung. Mereka berkata yang penting sahnya saja.
Kebetulan saya juga mempunyai teman yang menikah pada saat situasi seperti sekarang ini. Berikut hasil wawancara saya dengannya.
Saya: bagaimana tanggapan kamu ketika mereka bilang bahwa kamu tidak mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan?
Cindy: gimana ya, aku mah diemin aja toh nikah juga bukan hal yang negatif.
Saya: kenapa kamu memilih untuk menikah dalam kondisi seperti ini? Mengapa tidak menunggu sampai karantina selesai?
Cindy: nikah itu jangan ditunda, kalau ditunda jodohnya bakal ilang haha.
Saya: apa yang membuat kamu ingin menikah disaat situasi sedang seperti ini?
Cindy: sebenarnya nikah disituasi karantina kayak gini banyak untungnya, kita bisa ngirit uang yang tadinya uang buat resepsi bisa kepake buat kebutuhan sehari-hari setelah menikah, kalau banyak bisa beli rumah sendiri. Yaa meskipun kita gak bisa ngundang banyak saudara dan teman. Yang penting Keluarga turut hadir.
Saya: untuk prosedur nikahnya sendiri bagaimana prosesnya?
Cindy: prosesnya sih sama saja, mendaftarkan di KUA lalu menunggu, setelah itu akad. Bedanya kita tidak memakai resepsi.
Saya: apakah jaga jarak masih di lakukan?
Cindy: tentu saja, kita menikah tanpa melanggar apapun. Semua keluarga yang datang, maupun bapak penghulu serta kami yang akan menikah tetap berjaga jarak kami juga diharuskan untuk tetap memakai masker.
Saya: ahh seperti itu, menurut saya ini pengalaman yang baru ya..menikah dengan memakai masker.
Cindy: yaa betul jika kami sedang bernostalgia kami akan tertawa sendiri ketika mengingatnya..
Saya: baik kalau begitu Cindy, terima kasih atas waktunya yaaa..
Cindy: yaaa sama sama
Penulis: Firly Maulida Aulia, Mahasiswa STISIP Widuri