Menteri KeuanganSri Mulyani Indrawati mengaku bingung dengan masyarakat Indonesia yang tidak mau mengikuti pelatihan program Kartu Prakerja. Mereka umumnya ingin Kartu Prakerja menjadi bantuan sosial (bansos) murni tanpa pelatihan.
Padahal, menurutnya, pelatihan justru lebih penting daripada sekadar dana bantuan dari pemerintah. Hal ini berkaca pada tauladan sosok Raden Ajeng Kartini, pahlawan perempuan yang berjuang agar kaum hawa bisa memperoleh ilmu dan pendidikan.
“Ada yang mengatakan mbok ya (Kartu Prakerja) dijadikan bansos saja. Ya bisa saja dijadikan bansos, tapi malah saya bingung, wong Kartini 100 tahun yang lalu berjuang untuk bisa mendapatkan ilmu, kok ini dikasih ilmu kok tidak mau gitu loh? Jadi saya malah bingung ya kan?” kata Ani, sapaan akrabnya saat mengisi acara Talk Show Hari Kartini Kementerian Keuangan 2021, Rabu (21/4).
Menurut bendahara negara, jika masyarakat punya kritik terhadap program Kartu Prakerja, seharusnya lebih mengarah pada kualitas dan kesesuaian pelatihan yang disediakan, bukan karena ingin mendapat dana bansos.
Sebab, pemerintah merancang Kartu Prakerja awalnya untuk peningkatan mutu dan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan.
Namun, ketika pandemi covid-19 mewabah, pemerintah tidak ingin sepenuhnya meninggalkan tujuan dari program ini. Maka dari itu, Kartu Prakerja disulap menjadi program semi bansos.
“Kalau kemudian ada kritik apakah training itu betul-betul bermutu, apakah sesuai kebutuhan pasar. Toh kalau hari ini ada yang belajar bahasa Inggris, tapi sektor pariwisata belum dibuka, jadi dia belum bisa pakai bahasa Inggrisnya, ya tidak apa, tidak hilang itu ilmu, dipelihara saja, nanti beranak malahan, gitu kan?” ujarnya.
Sebelumnya, memang ada masukan agar pemerintah mengubah Kartu Prakerja menjadi bansos murni. Pandangan ini muncul karena bansos dianggap lebih penting untuk menopang ekonomi masyarakat yang terpukul dampak pandemi daripada pelatihan.