Renungan atas berita berjudul; Jokowi Tegur ZULHAS Imbas Kampanye, ZULHAS ( Menteri Perdagangan yang baru sebulan menduduki jabatannya ) Promosikan Anaknya Sambil Bagikan Migor.
Berita menarik yang muncul menjelang peringatan MATATULI ( Mala Petaka 27 Juli )
Sudah jadi tren para pejabat di republik ini memanfaatkan jabatan/kekuasaannya untuk mengurus/promosi istri, suami, anak cucu, adik, ipar, sekalipun mereka sesungguhnya belum mampu. Hal itu sudah terjadi dengan kasat mata dalam keseharian dan dianggap sebagai hal yang lumrah dengan memakai berbagai alasan pembenaran. Padahal, REFORMASI yang diperjuangkan selama dua dasawarsa oleh begitu banyak orang yang mengabaikan diri dan keluarganya, ulangi mengabaikan diri dan keluarganya karena sadar panggilannya untuk kemanusiaan, untuk bangsa dan negara, serta memakan korban yang begitu banyak dalam berbagai bentuk, sejatinya untuk menghentikan praktek bernegara yang sudah melenceng jauh dari esensi kemerdekaan yang di-cita2kan para pendiri republik ini.
Sesungguhnya cita-cita para pendiri republik ini amat mulia, dan sejatinya harapan para penggagas dan pejuang reformasi itu suci dan indah. Namun pada kenyataannya, kini telah dibajak oleh para mafia dalam berbagai bentuk dan di berbagai bidang. Mereka, mereka itu, para mafia, mafia dalam berbagai bentuk dan di berbagai bidang.
Mungkin itulah maksud kenapa Bung Karno dulu berpesan; “hati-hati, jangan sampai kereta Marhaen dikusiri orang lain” karena beliau khawatir jika mimpi mulia para pendiri dan pejuang republik ini berbelok arah. Dan itu yang sedang terjadi saat ini; REFORMASI sebagai upaya pengembalian cita2 kemerdekaan yang membawa misi luhur dan mulia itu telah berbelok arah jauh karena dibajak para mafia. Mafianya tampil keren dalam berbagai bentuk sehingga kemafiaannya tidak kelihatan, dan di segala bidang dengan berbagai kemasan indah sehingga tersamar tetapi sebenarnya mafia yang sedang berburu kekuasaan dan harta untuk kenikmatan keluarga dan kroni.
Jadi kalau ZULHAS ditegur Presiden, begitu judul berita di video di atas yang di-posting mbak Dewi Jakse,karena ZULHAS mempromosikan anaknya sambil membagikan minyak goreng dan itu sudah beredar luas di medsos, dalam konteks Prilaku umum pejabat sesungguhnya ZULHAS tidak salah karena dia hanya mengikuti tren yang memang suda menjadi semacam “idiologi” pejabat di semua lini; mengusahakan istri, suami, anak, cucu, saudara ipar, ponakan menjadi pejabat juga. Persis apa yang terjadi pada rezim Soeharto yang saat itu dikecam kaum reformis dengan istilah AMPI; anak mantu, ponakan ipar karena saat itu menjalar kebiasaan buruk di sebagian kalangan pejabat memperjuangkan keluarganya menjadi pejabat juga, dan itulah antara lain yang memicu semangat kaum reformis untuk berjuang agar negara ini bisa kembali dikelolah secara sehat, agar bisa kembali pada cita-cita awalnya, cita-cita mulia yang diperjuangkan dengan tulus dan konsisten.
Jadi kalau bicara tren, ZULHAS tidak salah. Tetapi kalau bicara tentang esensi REFORMASI jelas salah,itu kesalahan besar bahkan itu adalah sebuah kejahatan dalam tata kelolah negaram. Dan karena itu kejahatan, tidak pantas hanya ditegur. Harusnya dipecat karena itu kelakuan buruk yakni mendahulukan kepentingan keluarga yang harus dihentikan. Tetapi laku menghentikan kelakuan buruk ZULHAS itu harus berlaku umum, menyeluruh karena itu pengingkaran, penodaan REFORMASI.
Tindakan menghentikan kelakuan buruk para pejabat yang mengangkangi negara ini untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya sangat tepat menjadi peringatan MATATULI, peristiwa 27 Juli 25 tahun silam sebagai klimaks perjuangan REFORMASI selama dua dasawarsa. Itulah sebabnya kali ini DPP PDI Perjuangan bersama KaeLeR (Kawal dan Luruskan Reformasi ) akan memperingati peristiwa bersejarah itu tidak hanya sekedar tabur bunga tetapi dengan berbagai kegiatan termasuk sarasehan untuk meluruskan kembali REFORMASI yang sudah dibajak para mafia .
doa dan hormat kepada para korban dan pejuang reformasi.
Baktimu energi perjalanan bangsa.
Jacobus K. Mayong Padang
Kalibata, rabutigabelastujuhduanolduadua.
#terasbangsa
#luruskanreformasi
#institutmarhaen