Faktual.id
Komunikasi Politik POLITIK

Kerugian Coat-Tail Effect Bagi Golkar Dan PAN Karena Mendukung Ketum Partai Lain

Fakta bahwa Partai Golkar dan PAN mendukung Ketum Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden mendapat tanggapan dari para pengamat sebagai fenomena yang menarik.

Menurut Pengamat Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Andri Arianto, Coat Tail Effect ini tentu akan menguntungkan Gerindra karena presiden partai lain mendukung Prabowo. Namun, hal itu akan merugikan partai Golkar dan PAN.

“Kenapa merugikan? Karena ketua umum dan seluruh kader partai mengkampanyekan ketua umum partai kompetitornya. Jelas ini merugikan bagi Golkar dan PAN serta coat-tail effect sangat menguntungkan Gerindra di Pileg 2024,” ujar Andri tertulis, Senin (14/8).

Prabowo maju sebagai capres posisinya ketua umum partai. Apabila ketua umum dari partai lain seperti Golkar, PAN, PKB, dan PBB menyatakan dukungan maka sama saja akan mengkampanyekan Gerindra.

“Berbeda kalau mendukung Ganjar atau Anies, mereka posisinya bukan ketua partai. Jadi, nuansa kompetitor di pileg lebih aman dan tidak ada yang paling diuntungkan dan dirugikan krena sama-sama jalan, ini karena Pilpres bersamaan dengan Pileg,” katanya.

Dengan kondisi itu, mesin politik koalisi pendukung Prabowo terancam tak bisa berjalan secara maksimal.

“Pasti akan muncul rasa risih dan prasangka, ‘kenapa saya mengkampanyekan ketua umum partai lain?’,” ucapnya.

Dia mencontohkan, dari hasil yang dilakukan Surabaya Survey Center (SSC) pada 9 Agustus 2023, pendukung Golkar dan PKB lebih banyak memilih Ganjar ketimbang Prabowo.

Pengamat politik Uinsa Andri Arianto nilai merapatnya Golkar dan PAN ke Prabowo bisa merugikan kedua partai.

Sebanyak 44,6 persen pemilih Golkar di Jatim lebih memilih Ganjar daripada Prabowo yang hanya 30,6 persen. Adapun pemilih PKB, 38,6 persen di antaranya memilih Ganjar, sedangkan pemilih Prabowo hanya 35,8 persen.

Andri mengatakan palagan Pileg 2024 nanti akan sangat sengit dan keras. Antarpartai akan berambisi mengamankan suara partainya dibanding mengamankan capresnya.

“Jadi, kepentingan partai diyakini lebih utama dan dominan,” katanya.

Gerindra yang mendapatkan dukungan dari banyak partai, bukan sebuah jaminan mulus memenangkan kontestasi politik. Dia mencontohkan, pada Pilkada Surabaya 2020, di mana calon wali kota yang diusung PDI Perjuangan bisa menang mutlak melawan kandidat yang didukung hampir semua partai.

“Koalisi jika tidak mempunyai rekam jejak yang kuat tidak akan ada artinya. Buktinya PDI Perjuangan bisa menang di Surabaya pada Pilwali 2020, meski dikeroyok banyak partai. Kenapa bisa? Karena walau banyak jumlah partai koalisi, mesin partai ternyata tidak berjalan optimal. Kondisi itu bisa terjadi di partai yang mendukung Prabowo,” tuturnya.

Pengamat politik Uinsa Andri Arianto nilai merapatnya Golkar dan PAN ke Prabowo bisa merugikan kedua partai.

 

Disarikan Oleh ARS

Sumber

 

Related posts

Survei Populi Center Rilis Elekstabilitas Capres Berdasarkan 3 Hal : Tegas, Ramah, Serta Agamis.

Tim Kontributor

Pertemuan Cak Imin Dan Megawati Diharapkan Sebelum 17 Agustus.

Tim Kontributor

perbedaan gerakan mahasiswa tahun 1998 dengan tahun 2019

penulis

Leave a Comment