Antonius Ananda Agusta, seorang pemuda yang lahir di Jogjakarta 21 tahun lalu. Biasa dipanggil Nanda di lingkungan keluarga ataupun lingkungan pertemanan. Dia seorang anak tunggal dari keluarga berkecukupan, ayah bekerja sebagai seorang guru di salah satu sekolah favorit di Bekasi, sedangkan ibu saat ini fokus menjadi ibu rumah tangga walaupun sebelumnya sempat bekerja di suatu perusahaan penyedia barang medis.
Nanda telah menyelesaikan studinya di SMA Sedes Sapientiae Bedono yang bertempat di Semarang. Saat ini Nanda sedang menjalani studi Perguruan Tinggi di salah satu Sekolah Tinggi di daerah Palmerah, STISIP (Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Ilmu Politik) tempatnya menjalankan studi. Memilih Perguruan Tinggi tersebut bukan tanpa alasan. Nanda pernah gagal dalam ujian SBMPTN akibatnya harus membanting stir ke Perguruan Tinggi Swasta, kala itu Universitas yang diinginkan Nanda tidak sesuai dengan pendapatan orangtua yang pas-pasan, oleh karena itu mau tidak mau Nanda harus mencari Perguruan Tinggi yang lebih murah yang sesuai dengan kantong orangtua. Bertemulah Nanda dengan STISIP yang sampai saat ini masih menjalankan studi di tempat tersebut.
Pada tingkat SMP merupakan awal pencarian jati diri seorang Nanda. Mengecewakan orangtua sudah menjadi sebuah kegiatan yang dilakukan hampir setiap hari. Mulai dari tawuran, masuk kedalam geng motor sudah dilewatinya. Puncak kehancuran orangtua Nanda dimulai ketika Nanda berurusan dengan kepolisian akibat pergaulannya dengan salah satu geng motor di Tangerang. Hancurnya hati orangtua Nanda dapat dilihat ketika ibundanya terpaksa harus keluar dari pekerjaannya untuk menjaga Nanda agar tetap tertib dalam kehidupannya. Puncak penyesalan Nanda pun terhenti di titik tersebut.
Menjadi seorang anak tunggal bukan lah tugas yang mudah, karena kita akan menjadi satu-satunya harapan orangtua. Penyesalan Nanda pun hadir ketika pemikirannya tentang satu-satunya harapan orang tua tetapi gagal memilah jalan dalam kehidupan.
Karena itu juga Nanda di asramakan di SMA Sedes Sapientiae Bedono yang berlokasi di Semarang. Di SMA tersebut ruang gerak siswa sangat di batasi oleh karena itu hal negatif sangat minim disana, walaupun ada juga serapan hal negatif dari pergaulan disana tapi kembali lagi ke diri kita masing-masing bisa memilah atau tidak.
Setelah lulus dari SMA Nanda memanfaatkan waktu yang ada dari liburan kelulusan dia langsung melamar di salah satu perusahaan fnb untuk menantang dirinya sendiri agar tau tentang dunia kerja. Setelah di interview Nanda berhasil bekerja di tempat tersebut sampai kurang lebih dua bulan. Setelah kontraknya selesai Nanda memilih untuk menjadi mahasiswa terlebih dahulu.
Beberapa semester dia jalani, dan semakin lama kebutuhan kuliahpun semakin bertamah. Tidak ingin merepotkan orangtua akhirnya Nanda pun mencari pekerjaan lain untuk tambahan uang jajan dan memenuhi kebutuhan perkuliahan setiap harinya. Lamaran demi lamaran dia lakoni untuk tidak mempersulit orang tua dalam hal ekonomi. Akhirnya ada satu perusahaan fnb menerima Nanda yang langsung menghire Nanda sebagai partimer disana.
Semakin berjalannya waktu kontraknya dengan perusahaan fnb tersebut berakhir. Semester demi semesterpun dilewati Nanda , seiring perjalanan waktu dan perkuliahannya Nanda mendapat tawaran dari perusahaan media besar yaitu Kompas yang membutuhkan freelancer untuk menjadi seorang koder dalam suatu proyek di salah satu divisi Litbang Kompas. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengikuti persyaratan yang ada untuk dapat melamar dalam proyek tersebut.
Akhirnya Nanda diterima diperusahaan tersebut, perasaan senang dan bangga akan diri sendiri serta ucapan terimakasih yang dilontarkan Nanda berkali-kali kepada senior yang telah merekomendasikannya ke perusahaan besar tersebut.
Pada awal perjalanan tugas Nanda yang memiliki 2 tanggung jawab sekaligus yaitu mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan pekerjaan merupakan suatu hal yang sulit. Seiring berjalannya waktu Nanda memperlajari cara mengambil kesempatan disela-sela kesibukannya berkuliah untuk menyelesaikan pekerjaan dengan professional.
Sampai pada akhirnya Nanda direkomendasikan kembali untuk menyelesaikan proyek lain di perusahaan yang sama. Bangga bercampur senang karena tanpa pengalaman dibidangnya ia bisa masuk kedalam perusahaan media ternama. Nanda senang memiliki senior yang humble dan tidak angkuh karena sangat sabar mengajarinya hingga bisa menyelesaikan pekerjaannya.
Menjadi yang terbaik bagi keluarga dan teman memanglah masih jauh dari apa yang Nanda dapat selama ini. Setidaknya perjuangannya menjadi yang terbaik bagi orang-orang disekitarnya. Percaya pada proses yang akan membuatnya mendapatkan goal yang selama ini ingin dia capai. Tetap sabar, humble dan jalani apa yang menjadi tanggung jawab kita, niscaya semua akan sesuai dengan apa yang diimpikan walaupun dengan bentuk yang lain.
Ananda Agusta, Mahasiswa Stisip Widuri