China kembali menjadi penghasil tenaga listrik berbasis batu bara terbesar dunia pada 2020. Hasil produksinya mencapai 53 persen dari total di seluruh negara di dunia.
Peningkatan produksi tenaga listrik berbasis batu bara China naik di tengah komitmen pengembangan energi baru terbarukan di negara tersebut. China menargetkan emisi gas rumah kaca akan berkurang sebelum 2030 dan mencapai netral pada 2060.
“China seperti kapal besar dan butuh waktu untuk berbalik arah,” ungkap Analis Senior Ember Muyi Yang dalam penelitiannya seperti dilansir dari Reuters, Senin (29/3).Hal ini diwujudkan China dengan membangun pembangkit listrik tenaga angin dengan kapasitas mencapai 71,7 GW dan pembangkit listrik tenaga surya atau matahari berkapasitas 48,2 GW pada tahun lalu.
Lebih lanjut, instalasi batu baru China mencapai 38,4 GW pada 2020. Jumlahnya setara tiga kali lipat dari rata-rata yang dibangun negara lain di dunia.
Kendati begitu, negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu terus mengurangi pangsa batu bara dalam konsumsi energinya, yakni dari 70 persen menjadi 56,8 persen dari total konsumsi energi pada tahun lalu. Namun, volume pembangkitnya tetap naik 19 persen dari kurun waktu 2016-2020.
Pemerintah China sempat berjanji bahwa mereka akan mengontrol laju pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara pada 2021-2025.
“Konsumsi batu bara akan dibatasi, dan itu akan berdampak besar pada masa depan pembangkit listrik tenaga batu bara,” ucap muyi yang.