Basuki Tjahaja Purnama atau yang dikenal Ahok sebagai sosok yang gigih, berani, dan lugas. Hingga saat ini, Ahok masih menjabat sebagai Ketua Komisaris (Komut) Pertamina.
Ahok baru-baru ini menjadi berita utama karena mengkritik anggota BPK Republik Indonesia. Lalu, Ahok menyindir sosok Gibran Rakabuming Raka yang menurutnya terlalu dini untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada 2024.
Ahok menyatakan dukungannya terhadap pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Hari ini Ahok diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sindir Keputusan Politik Gibran Rakbuming Raka
Gibran Rakabuming Raka mendapatkan kritik usai mendaftarkan dirinya sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres). Dalam hal ini, Gibran akan mendampingi Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto.
Dicalonkannya Gibran Rakabuming sebagai calon wakil presiden (cawapres) Prabowo ditanggapi sejumlah pihak. Tak sedikit yang meragukan kapabilitasnya setelah diumumkan sebagai cawapres Prabowo. Salah satu yang meragukan kapabilitas Gibran Rakabuming yakni Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sama-sama kader di PDIP, Ahok mengatakan Gibran belum memiliki pengalaman teruji lantaran baru sekitar dua tahun menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Menurutnya putra sulung Presiden Joko Widodo itu masih ‘hijau’ dan riwayat pengalamannya sebagai pemimpin belum teruji. “Gibran belum teruji dan berpengalaman. Jadi Wali Kota saja baru dua atau tiga tahun. Dia belum teruji,” kata Ahok di Jakarta, Jumat (20/10/2023).
Untuk mengurus negara sebesar Indonesia, setidaknya Gibran punya pengalaman menjadi legislatif tingkat nasional maupun eksekutif tingkat provinsi. Dengan pengalaman itu, maka seseorang dianggap mampu karena memiliki pengetahuan tata negara yang lengkap. “Kalau belum punya pengalaman dan anda maju presiden atau wakil presiden, nanti anda nggak ngerti. Ini bukan soal belajar atau coba-coba loh,” ucapannya.
“Ini negara dipertaruhkan untuk menjadi negara maju di tahun 2045, mana boleh kita kasih ke orang yang coba-coba,” lanjut Ahok.
Namun di satu sisi, Ahok tak punya maksud untuk meremehkan Gibran dan anak muda lainnya yang terjun ke kancah politik. Ia yakin anak muda bisa lebih kreatif. Namun, jika berfokus pada tata negara, seorang pemimpin harus mengerti konstitusi. Bukan hanya yang berani untuk maju, tapi yang lengkap dengan track record yang jelas.
“Saya tidak mau anak cucu saya harus menunggu sekian tahun lagi merasakan Indonesia maju. Kita nggak usah coba-coba deh, pilih yang pasti-pasti saja,” ucapnya.
Apalagi lanjut Ahok, dibutuhkan nyali besar untuk menjadi pemimpin Indonesia. Sebab, masalah yang dihadapi sangatlah besar, khususnya memberantas korupsi. “Ini bicara nyali. Akar semua masalah di negeri ini kan korupsi. Mungkin dia (Gibran) jujur, tapi yang dibutuhkan tidak hanya jujur, melainkan jujur dan berani,” tegasnya.
Sindiran dan keraguan Ahok ini pun ditanggapi santai oleh Wali Kota Solo tersebut. “Ya monggo biar warga yang menilai. Saya jalan dulu ya,” tutur Gibran, Senin (23/10/2023).
Gibran sendiri tidak ingin berkomentar lebih jauh mengenai pencalonannya sebagai wapres. “Nanti ya,” ungkapnya. Ia pun berterima kasih diberi ucapan selamat oleh bacapres PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo. “Maturnuwun,” tuturnya.
Ganjar berharap bisa berkontestasi dengannya di Pilpres 2024 secara fair dan menyenangkan. Gibran pun memastikan ia juga akan berkontestasi dengan adil. “Pasti, pasti. Maturnuwun,” jelasnya.
Ahok dukung Ganjar-Mahfud MD
Basuki Tjahaya Purnama atau yang dikenal dengan nama Ahok, bertemu dengan Ganjar Pranowo baru-baru ini. Pertemuan di halaman rumah ditemani kopi pahit. “Kopi pahit tapi justru membuat obrolan jadi manis. Makasih Bung @basukibtp,” potsing Ganjar Pranowo di laman Instagram miliknya.
Ahok menyebut pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD merupakan pasangan lengkap dan cocok. Ahok menilai Ganjar dan Mahfud merupakan sosok yang berani membereskan akar persoalan bangsa, yakni korupsi.
“Ganjar-Mahfud ini pasangan yang cocok. Kalau ditanya apa akar masalah bangsa Indonesia, ya, korupsi. Selain sistem yang bagus, butuh kepala yang berani lurus. Ganjar dan Mahfud adalah pilihan tepat untuk menyelesaikan itu,” ujar Ahok.
Ahok mengaku mengenal betul sosok Ganjar. Keduanya pernah bersua bersama selama bertahun-tahun ketika menjadi anggota DPR. Saat itu, mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode itu di mata Ahok adalah sosok yang berani. Ia selalu vokal jika ada yang tidak sesuai. “Ganjar itu berani, vokal ngomong. Kalau bilang enggak, ya enggak. Dia berani kalau soal itu karena selalu memegang teguh ideologi dan keyakinan,” tegasnya.
Karena itu, Ahok yakin bahwa berpasangan dengan Mahfud membuat koruptor tak akan berani macam-macam. Terlebih, Mahfud juga sangat tegas dalam urusan ini. “Enggak ada orang yang berani ngomongin bukti terbalik atau sita harta segala macam. Saya yakin pasangan Ganjar-Mahfud bersatu, maka akar masalah bangsa yakni korupsi bisa selesai. Korupsi akan diberantas, birokrasi diperbaiki,” ucapnya.
Bukan hanya retorika semata, lanjut Ahok, selama ini Ganjar dan Mahfud sudah membuktikan keberaniannya itu. Selama menjadi Gubernur Jateng, Ganjar beberapakali menyikat pejabat yang korup. “Ada enggak pejabat yang mau sikat koruptor dan perbaiki sistem? Ganjar sudah teruji. Ia lakukan itu, dia berani pecat orang, nggak ada urusan. Pak Mahfud juga berani teriak dan ngomong. Keduanya ngerti hukum semuanya,” tegasnya.
Yang paling penting, Ahok menambahkan, Ganjar dan Mahfud merupakan sosok yang beragama dan takut dengan Tuhan. Pemimpin seperti itulah yang dibutuhkan, karena ketika ia takut dengan Tuhan, ia tak akan berani macam-macam. “Saya kenal Ganjar dan Mahfud, keduanya sosok religius yang takut pada Tuhan. Karakter keduanya teruji, track reccord-nya bagus dan berani. Kita bersyukur keduanya dipasangkan untuk membawa Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.
Ahok Diperiksa KPK
Kabar terkini, Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tampak keluar dari gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah diperiksa selama sekitar 6,5 jam.
Diketahui, Ahok diperiksa sebagai saksi untuk kasus dugaan korupsi pengadaan gas alam cair/Liquefied Natural Gas (LNG) yang menjerat mantan Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan.
Dikutip dari Kompas.com, Ahok keluar dari gedung KPK sekitar pukul 15.40 WIB. Ia dikawal sejumlah ajudannya dari lobi gedung KPK menuju mobil di Jalan Persada Kuningan, Selasa (7/11/2023).
Namun Ahok menolak banyak berkomentar terkait materi pemeriksaannya pada hari ini. Ahok mengaku lupa jumlah pertanyaan yang dicecar oleh tim penyidik KPK. “Pemeriksaan tanya ke penyidik. Ini urusan jadi saksi buat masalah Ibu Karen. Itu saja sih,” ujar Ahok saat ditemui awak media di KPK, Selasa.
Lebih lanjut, Ahok enggan membeberkan materi pemeriksaannya. Menurutnya, keterangannya akan dibuka di pengadilan dan bisa diikuti oleh publik. “Ya enggak bisa dibuka. Nanti, di pengadilan bisa kok,” kata Ahok.
Ahok juga enggan banyak berkomentar terkait kontrak PT Pertamina dengan Corpus Christi Liquefaction (CCL) LLC, Amerika Serikat (AS) yang hingga sampai saat ini masih berlangsung. Ia tak mau menjawab perbedaan pernyataan KPK yang menyebut kontrak itu diduga merugikan keuangan negara Rp 2,1 triliun.
Sementara Karen justru mengklaim kontrak itu menguntungkan Pertamina. “Kontraknya panjang. Makanya ini jadi bahan di sini lah, kamu tanya sama mereka,” ujar Ahok.
Kasus Mantan Dirut PT Pertamina
Sebelumnya, mantan Dirut PT Pertamina Karen Agustiawan ditetapkan sebagai tersangka karena diduga secara sepihak memutuskan untuk melakukan kontrak perjanjian dengan perusahaan Corpus Christi Liquefaction (CCL) LLC, Amerika Serikat (AS) tanpa melakukan kajian hingga analisis menyeluruh.
Karen juga diduga tidak melapor pada Dewan Komisaris Pertamina dan tidak membahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). KPK menyimpulkan bahwa tindakan Karen Agustiawan tidak mendapat restu dari pemerintah selaku pemegang saham. Apalagi, aksi korporasi yang dilakukan Karen ternyata tidak berjalan baik. Dalam perjalanannya, seluruh kargo LNG milik Pertamina yang dibeli dari perusahaan CCL LLC Amerika Serikat menjadi tidak terserap di pasar domestik.
Akibatnya, kargo LNG menjadi over supply dan tidak pernah masuk ke wilayah Indonesia. Kejadian ini lantas berdampak nyata dengan menjual rugi LNG di pasar internasional oleh Pertamina. Oleh karena itu, tindakan Karen Agustiawan dinilai merugikan keuangan negara senilai Rp 2,1 triliun.
Karen disangka melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
Berikut susunan baru dewan komisaris dan direksi PT Pertamina:
Dewan Komisaris:
1. Komisaris Utama: Basuki Tjahaja Purnama
2. Wakil Komisaris Utama: Rosan P. Roeslani
3. Komisaris: Heru Pambudi
4. Komisaris: Rida Mulyana
5. Komisaris Independen: Alexander Lay
6. Komisaris Independen: Ahmad Fikri Assegaf
7. Komisaris Independen: Iggi H. Achsien
Dewan Direksi:
1. Direktur Utama: Nicke Widyawati
2. Direktur Logistik dan Infrastruktur: Alfian Nasution
3. Direktur keuangan: Emma Sri Martini
4. Direktur Sumber Daya Manusia: M. Erry Sugiharto
5. Direktur Penunjang Bisnis: Erry Widiastono
6. Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha: Atep Salyadi Dariah Saputra
Disarikan Oleh ARS