Meski 80 persen warga diprediksi sudah terinfeksi COVID-19 varian Delta, bukan berarti Indonesia dipastikan bebas dari gelombang ketiga. Pasalnya, respons imun atau ‘kekebalan’ yang dihasilkan dari setiap infeksi varian Corona sangat spesifik.
Menurut epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Citra Indriani, masih ada potensi Tanah Air diserang varian baru Corona. Hal ini tentu berdampak pada imunitas alamiah yang selama ini diduga sudah terbentuk usai banyak dari mereka terpapar COVID-19 varian Delta.
“Kalau sudah terinfeksi sedemikian banyak apakah sudah memiliki imunitas kelompok dan tidak ada ancaman gelombang ketiga? Sebagian besar infeksi natural membentuk antibodi yang spesifik untuk virus atau strain virus yang menginfeksi, tidak untuk strain yang lain. Sehingga imunitas alamiah yang terbentuk saat ini mungkin tidak bisa kita andalkan apabila kita kedatangan strain yang baru,” kata Citra.
Citra menilai pembatasan mobilitas bisa sedikit efektif menekan pergerakan, meskipun peningkatan disebut tetap akan terjadi. Ia mengkhawatirkan subvarian Delta AY.4.2 yang kini menyerang banyak negara dan memicu gelombang baru.
Jika PPKM level 3 diterapkan di seluruh wilayah Indonesia, setidaknya mobilitas tidak akan semasif bila tak ada pembatasan.
“Meskipun kita batasi, mobilitas tetap terjadi, namun tidak semasif apabila tidak diberlakukan pembatasan. Pembatasan kerumunan dan mobilitas sudah sesuai dengan pembelajaran sebelumnya bahwa gelombang kita diawali pada periode Natal-tahun baru serta lebaran, apalagi di negara-negara tetangga saat ini sedang mengalami gelombang Delta varian AY.4.2,” jelasnya.
“Kita masih akan menghadapi kasus COVID-19 selama angka vaksinasi dunia juga belum mencapai target. Sehingga yang diperlukan saat ini adalah mengubah mindset dan menerima bahwa kita akan hidup berdampingan dengan pembatasan mobilitas ini, naik level turun level PPKM harus dijalani, dan beradaptasi dengan situasi ini karena tidak ada kepastian untuk menjawab sampai kapan,” pungkas dia. Disarikan Oleh MSLP
Sumber