Faktual.id
Komunikasi Politik POLITIK Politik Dalam Negri

Politik Identitas Sebuah Tinjauan Sejarah

Oleh : Iwan Setiawan SE, M.I.Kom
Dosen Ilmu Komunikasi STISIP Widuri

Politik identitas telah menjadi topik yang semakin menonjol dalam diskusi politik kontemporer. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi asal mula terjadinya politik identitas dan bagaimana fenomena ini berkembang seiring waktu. Politik identitas mengacu pada praktik politik yang didasarkan pada identitas sosial, seperti ras, agama, gender, orientasi seksual, etnisitas, dan lain-lain. Artikel ini akan membahas konteks sejarah di mana politik identitas mulai muncul, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya.

1. Latar Belakang Sejarah Politik identitas tidak muncul begitu saja. Pada awalnya, politik didominasi oleh perdebatan seputar isu-isu ekonomi dan kelas sosial. Namun, pada paruh kedua abad ke-20, pergeseran sosial dan politik mulai terjadi, yang memunculkan kesadaran kolektif terhadap ketidaksetaraan yang berbeda dari kelompok-kelompok sosial. Gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat, feminisme, dan gerakan pembebasan kaum minoritas di seluruh dunia menjadi faktor-faktor penting dalam perkembangan politik identitas.

2. Gerakan Hak-Hak Sipil dan Politik Identitas Ras Salah satu tonggak penting dalam sejarah politik identitas adalah gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat pada tahun 1950-an dan 1960-an. Gerakan ini melawan segregasi rasial dan diskriminasi terhadap orang kulit hitam. Pemimpin seperti Martin Luther King Jr. memperjuangkan hak-hak sipil secara damai dan menekankan pentingnya kesetaraan rasial. Gerakan ini memperlihatkan kepada dunia bahwa identitas rasial dapat menjadi basis politik yang kuat dan efektif.

3. Feminisme dan Politik Identitas Gender Gerakan feminisme pada abad ke-20 juga berperan penting dalam perkembangan politik identitas. Gerakan ini menekankan kesetaraan gender dan mencoba mengubah hierarki gender yang ada dalam masyarakat. Para feminis memperjuangkan hak-hak perempuan, termasuk hak untuk memilih, hak reproduksi, dan kesetaraan upah. Dalam prosesnya, gerakan feminisme menciptakan ruang bagi identitas gender untuk menjadi faktor politik yang signifikan.

4. Multikulturalisme dan Politik Identitas Etnis Perkembangan politik identitas juga dipengaruhi oleh pergeseran menuju masyarakat yang lebih multikultural. Di berbagai negara, imigrasi dan pertumbuhan populasi kelompok etnis minoritas telah menghasilkan perjuangan untuk pengakuan dan hak-hak yang setara. Dalam konteks ini, politik identitas etnis menjadi semakin penting, dengan kelompok-kelompok etnis memobilisasi diri untuk memperjuangkan hak-hak dan kepentingan mereka.

5. Perkembangan Media Sosial dan Politik Identitas Kontemporer Perkembangan teknologi dan media sosial dalam beberapa dekade terakhir telah memberikan platform yang kuat bagi politik identitas. Media sosial memungkinkan individu dan kelompok untuk terhubung, berbagi pengalaman, dan mengorganisir gerakan politik dengan cepat dan efektif. Hal ini telah memberikan momentum baru bagi politik identitas dengan memperluas jangkauan dan pengaruhnya.

Media sosial juga memungkinkan terjadinya filtrasi informasi, di mana individu cenderung memilih dan mengkonsumsi konten yang sesuai dengan pandangan dan identitas mereka sendiri. Ini dapat memperkuat polarisasi dan perpecahan dalam politik identitas, karena individu terjebak dalam echo chamber yang hanya menguatkan keyakinan mereka sendiri dan menolak perspektif alternatif.

Dampak politik identitas kontemporer juga tercermin dalam kegiatan protes dan gerakan sosial. Gerakan Black Lives Matter, gerakan hak-hak LGBTQ+, dan gerakan hak-hak perempuan adalah contoh gerakan politik identitas yang kuat dalam beberapa tahun terakhir. Kelompok-kelompok ini mengadvokasi untuk pengakuan, kesetaraan, dan perlindungan terhadap kelompok identitas tertentu.

Namun, perlu diingat bahwa politik identitas juga telah menjadi sumber kontroversi dan kritik. Beberapa orang berpendapat bahwa politik identitas dapat memperkuat perpecahan sosial, mengabaikan isu-isu yang lebih luas, dan mengurangi solidaritas lintas kelompok. Mereka berpendapat bahwa fokus pada identitas tertentu dapat mengaburkan masalah yang lebih mendasar, seperti ketidaksetaraan ekonomi atau kebijakan publik yang merugikan semua orang.

Kesimpulan: Politik identitas memiliki akar historis yang kompleks dan telah mengalami perkembangan seiring waktu. Gerakan hak-hak sipil, feminisme, multikulturalisme, dan perkembangan media sosial telah menjadi faktor penting dalam memperkuat politik identitas. Politik identitas kontemporer sering kali termanifestasi dalam gerakan sosial dan protes yang memperjuangkan pengakuan, kesetaraan, dan hak-hak kelompok identitas tertentu. Namun, penting untuk terus melakukan refleksi kritis terhadap politik identitas dan mempertimbangkan bagaimana itu dapat mempengaruhi solidaritas sosial dan pemecahan masalah yang lebih luas dalam masyarakat.

 

Related posts

Disebut Tak Percaya Tuhan Oleh Anak Amien Rais, Ini Jawaban KPU

Kontributor

Hasil Temuan Litbang Kompas Mengindikasikan 62,2 Persen Responden Setuju Hak Angket untuk Selidiki Dugaan Kecurangan Pilpres

Tim Kontributor

Belum Ada yang Samakan Prestasi Jokowi, Relawan Siap Tunggu Komando

Tim Kontributor

Leave a Comment