Faktual.id
POLITIK Politik Dalam Negri

PIGAI DAN RASISME

Pigai diatas angin setelah Abroncius Nababan ditahan polisi sebagai tersangka kasus rasis kepada Natalius Pigai, manusia mulia yg mulutnya juga lebih kotor dari sekedar ucapan rasis seperti Abroncius.

Saya juga tidak setuju dgn ucapan rasis, tapi jujur hati saya lebih dari rasis kalau melihat Pigai mengkritik pemerintah khususnya kepada Pak Jokowi, omongannya seperti sampah dan tidak pantas. Saya yakin Abroncius punya pikiran kegeraman seperti itu, dan bahkan mungkin jutaan orang Indonesia punya pikiran yg sama.

Jadi ucapan Abroncius adalah seperti pemadam kebakaran yg disalahkan. Saya tidak membenarkan ucapan rasis, tapi saya berempati kepada kegeraman perasaannya kepada Pigai yg mulutnya juga selalu liar.

Ada alasan dia terus mengkritik Jokowi dgn kritikan sampah. Alasannya karena Jokowi lebih buruk dari SBY dalam memperlakukan Papua, ukurannya karena zaman SBY banyak orang Papua dilingkaran istana, dan didengar masukannya. Dia tidak bisa membedakan keberadaan, dan perhatian. Keberadaan bisa hanya asal diadakan, tapi perhatian pasti dgn tindakan.

Dia lupa jalan trans Papua, harga BBM yg disamakan, pembangunan lainnya, saham Freeport yg sebagian langsung dinikmati sebagai bagi hasil utk Pemda Mimika, dst. Kelas Pigai ini sama dgn pengkritik murah akhlak yg teriak karena tak dikasi tempat. Contoh Refly Harun, RR, dst.

Sekelas pemain nasional kok gak rasional. Mengkritik dgn subjektif itu sangat primitif, seperti yg pernah dia sampaikan mau mencarikan uang utk Jokowi, kalau kerjanya bisa seperti Anis. Membedakan kinerja Jokowi dan Anis yg bak bumi dan langit saja tak bisa tapi dgn lantang menyerang presiden yg katanya tidak memperhatikan Papua, padahal Jokowilah yg mengunjungi Papua sampai 8-9 kali, terus metode apa yg dipakai dalam mengkomper kinerja. Jadi cobalah belajar pakai data agar tidak ngelantur ngalor ngidul.

Kita tau saudara kita di Papua masih banyak memendam sentimen masa lalu saat orba memeras Papua tanpa perasaan. Justru Jokowi akan menebus kesalahan masa lalu itu, tapi kan tidak bisa langsung Papua akan seperti pulau Jawa, karena proses perusakan itu sudah berumur 50 thn. Jokowi baru jadi presiden 6 tahun berjalan dgn landasan kebenaran, bukan asal-asalan, jadi kalau mengkritik juga jgn asal bunyi.

Jadi kembali kepada masalah rasisme, saya tidak membela Abroncius, tapi saya bisa memaklumi perasaannya kenapa dia sampai mengumbar perkataan itu. Makanya hindari kalimat minoritas atau mayoritas, agar kita terhindar rasa tertindas dan menindas.

Di bubarkan nya HTI dan FPI adalah langkah Jokowi memberantas rasisme agama agar tidak merembet kemana-mana. Seperti halnya dia membereskan Papua. Jauhi sikap merasa pinter dan benar sendiri agar orang lain juga bisa menahan diri.

Jadi tolong yg mulia tuan Pigai dan kawan-kawan, cerdaslah dalam banyak hal agar kita bisa menata Indonesia, karena negara ini bukan hanya Jawa, Papua, negara ini adalah Indonesia yg berlandaskan Pancasila.

Saya lampirkan statement Tuan Pigai kepada wapres, ucapan itu masuk katagori apa, rasis, satire, atau apa..JADI ADA APA SEBENARNYA.

Mari kita sama-sama berkaca agar jelas siapa kita !!!

Ahmad fauzi mahasiswa stisip widuri

 

Related posts

Ketum PGI: Dukungan dari Lingkungan Gereja Kepada Ganjar Cukup Luas

Tim Kontributor

Cek Rafael Alun, KPK Dalami Tas Elegan sampai Safe Deposit Box Puluhan Miliyar

Tim Kontributor

Mahasiswa UGM Minta Maaf Ke Rakyat RI Mewakili Pratikno & Ari Dwipayana Karena Telah Menjadi Masalah Bagi Bangsa

Tim Kontributor

Leave a Comment