Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas, dilaporkan tewas di Iran setelah serangan oleh Israel di kediamannya. Hamas mengkonfirmasi bahwa Haniyeh tewas dalam serangan tersebut, menyebutnya sebagai “serangan mematikan Zionis.”
Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait insiden ini. Haniyeh, yang kehilangan tiga putra dan empat cucunya dalam serangan udara di Gaza pada April lalu, sempat menghadiri upacara pelantikan presiden Iran yang baru, Masoud Pezeshkian, pada Selasa (30/07). Penampilan tersebut menjadi publikasi terakhir Haniyeh sebelum kematiannya.
Dalam pernyataannya, Hamas menyatakan duka citanya untuk rakyat Palestina, bangsa Arab dan Islam, serta semua orang yang bebas di dunia. Pemimpin Hamas umumnya menghindari penampilan publik untuk menghindari upaya pembunuhan oleh Israel.
Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) menyampaikan belasungkawa dan menyatakan sedang menyelidiki penyebab dan dampak dari insiden tersebut, menyebut Haniyeh dan pengawalnya yang meninggal sebagai “syahid.”
Ismail Haniyeh, yang dikenal sebagai Abu Al-Abd, lahir di kamp pengungsi Palestina dan menjabat sebagai kepala biro politik Hamas serta pernah menjadi perdana menteri Otoritas Palestina. Dia pernah dipenjara oleh Israel pada tahun 1989 dan diasingkan ke Marj al-Zuhur pada tahun 1992. Setelah kembali ke Gaza, dia menjadi kepala kantor Sheikh Ahmed Yassin, pemimpin spiritual Hamas.
Pada tahun 2006, Haniyeh diangkat sebagai perdana menteri Otoritas Palestina, tetapi diberhentikan oleh Presiden Mahmoud Abbas setahun kemudian setelah Brigade Izz al-Din al-Qassam menguasai Jalur Gaza. Meskipun diberhentikan, Haniyeh menolak dan menyatakan akan melanjutkan tugasnya untuk rakyat Palestina. Dia terpilih sebagai kepala Biro Politik Hamas pada 6 Mei 2017.