Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dituding ‘bermain’ di balik bisnis PCR selama pandemi COVID-19. PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) disebut punya kaitan bisnis dengan Luhut.
Pihak Luhut langsung membantah hal tersebut. Menurut Juru Bicara Menko Marves Jodi Mahardi, Luhut memang mendapatkan ajakan oleh beberapa kelompok pengusaha membentuk GSI.
Namun dia menegaskan hal itu dilakukan bukan untuk berbisnis, apalagi cari untung. Jodi menjelaskan perusahaan dibentuk dalam rangka inisiatif membantu penyediaan tes COVID-19. Dia mengatakan GSI terbentuk di awal pandemi saat penyediaan tes COVID-19 jadi kendala besar di Indonesia.
“Terkait GSI, Jadi pada waktu itu, Pak Luhut diajak oleh teman-teman dari Grup Indika, Adaro, Northstar, yang memiliki inisiatif untuk membantu menyediakan test COVID-19 dengan kapasitas test yang besar. Karena hal ini dulu menjadi kendala pada masa-masa awal pandemi ini adalah salah satu kendala,” ungkap Jodi kepada detikcom, Senin (1/11/2021)
Jodi menjelaskan ada sembilan pemegang saham di dalam GSI. Kelompok usaha Indika dan Adaro adalah pemegang saham mayoritas di GSI. Luhut punya kaitan di GSI karena perusahaannya Toba Bara Sejahtera ikut memiliki saham di perusahaan tes COVID-19.
Sampai saat ini, Jodi menjelaskan tidak pernah sekalipun ada bagi-bagi keuntungan dalam bentuk dividen dari GSI. Baik untuk Luhut maupun pemegang saham lainnya.
Justru, menurutnya keuntungan GSI malah banyak digunakan untuk memberikan tes gratis kepada masyarakat yang kurang mampu dan petugas kesehatan di garda terdepan. Sudah lebih dari sekitar 60.000 tes yang sudah dilakukan untuk kepentingan membantu masyarakat, termasuk juga membantu di wisma atlet.
“Sampai saat ini, tidak ada pembagian keuntungan dalam bentuk dividen atau bentuk lain kepada pemegang saham,” tegas Jodi.
Jodi kembali menegaskan tidak ada sama sekali upaya cari untung dari GSI, dia bilang apa yang dilakukan GSI adalah kewirausahaan sosial. Apalagi, semua kelompok usaha yang membesut GSI dinilai sudah mapan dan memiliki bisnis yang lebih menguntungkan dibandingkan berdagang tes COVID-19.
Bahkan, gedung kantor GSI saja, kata Jodi, diberikan secara gratis oleh salah satu pemegang sahamnya. Itu dilakukan agar GSI bisa cepat beroperasi pada periode awal dan membantu untuk melakukan testing COVID-19.
“Jadi GSI ini tujuannya bukan untuk mencari profit bagi para pemegang saham. Sesuai namanya GSI ini Genomik Solidaritas Indonesia, memang ini adalah kewirausahaan sosial,” kata Jodi.
Luhut dikatakan selama ini terus menerus menyuarakan agar harga tes PCR diturunkan dan bisa dijangkau masyarakat. Jodi mengatakan hal itu seperti menegaskan tidak mungkin Luhut mau cari-cari bisnis dari alat tes COVID-19.
“Jadi tidak ada maksud bisnis dalam partisipasi Toba Sejahtra di GSI, apalagi Pak Luhut sendiri selama ini juga selalu menyuarakan agar harga test PCR ini bisa terus diturunkan sehingga menjadi semakin terjangkau buat masyarakat,” ungkap Luhut.
Jodi pun menyayangkan adanya isu soal bisnis alat tes COVID-19. Khawatirnya, tak akan ada pihak yang mau mengulurkan bantuan bila tiba-tiba terjadi krisis karena disebut cari untung dari COVID-19.
“Sangat disayangkan upaya framing seperti ini. Ini berpotensi menyebabkan para pihak yang ingin membantu jika terjadi krisis berpikir dua kali,” kata Jodi.
Kehebohan soal Luhut main bisnis PCR awalnya diungkap oleh Mantan Direktur YLBHI Agustinus Edy Kristianto. Dia mengatakan sejumlah menteri-menteri lain juga terkait dengan bisnis tes PCR.
Agustinus mengungkapkan hal itu lewat tulisannya di akun Facebook pribadinya. Dia mengawali tulisannya dengan mengutip laporan media soal laboratorium PCR yang dimiliki politikus dan konglomerat.
Dia mengungkap komposisi pemegang saham PT GSI yang memiliki afiliasi dengan Luhut, yaitu PT Toba Bumi Energi dan PT Toba Sejahtra. Dia mengungkapkan Luhut punya sedikit saham di dua perusahaan tersebut dan Luhut juga merupakan pendirinya.
“Menteri itu ternyata terafiliasi (ada kaitannya) dengan PT Genomik Solidaritas Indonesia. Unit usaha PT itu adalah GSI Lab yang jualan segala jenis tes COVID-19: PCR Swab Sameday (275 ribu), Swab Antigen (95 ribu), PCR Kumur (495 ribu), S-RBD Quantitative Antibody (249 ribu),” tulis Agustinus
Adapun pemegang saham yang disebutkan Agustinus adalah Yayasan Indika Untuk Indonesia, Yayasan Adaro Bangun Negeri, Yayasan Northstar Bhakti Persada, PT Anarya Kreasi Nusantara, PT Modal Ventura YCAB, PT Perdana Multi Kasih, PT Toba Bumi Energi, PT Toba Sejahtra, dan PT Kartika Bina Medikatama.
Disarikan oleh P.