Dunia maya kita sedang dilanda sampah-sampah informasi bohong yang bertebaran secara masif tanpa verifikasi dan konfirmasi. Fitnah yang dapat mencemarkan nama baik dan hujatan saling bersahutan nyaris tiada henti. Informasi miring yang sudah usang datang silih berganti.
Hoax atau informasi palsu saat ini terus menyebar di seluruh kalangan. Terlebih lagi penggunaan smartphone yang semakin meningkat di seluruh dunia. Instagram, Facebook, Twitter, WhatsApp, bahkan aplikasi yang sedang hits saat ini yaitu Tiktok menjadi tempat untuk penyebaran sampah-sampah informasi palsu. Tak hanya melalui media sosial, namun penyebaran hoax juga dapat melalui aplikasi-aplikasi percakapan lainnya. Topiknya pun beragam, mulai dari politik, ekonomi hingga kesehatan yang semakin mencuat seiring pandemi covid-19 saat ini.
Berita hoax dapat tersebar melalui banyak cara, dan tak sedikit karena kelalaian kita yang tidak menyaringnya terlebih dahulu dan kurangnya literasi, sehingga mudah terpengaruh oleh berita-berita bohong. Selain itu banyak juga yang sengaja menyebarkannya untuk membuat masyarakat menjadi heboh dan resah. Hoaks kini dengan mudah dikonsumsi oleh anak-anak dan remaja. Penyebaran konten digital nyaris tanpa filter memungkinkan anak dan remaja mengakses informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Hoaks bekerja dengan mengeksploitasi sisi psikologis manusia yang dengan itu bisa menimbulkan keresahan, kecemasan, hilangnya penghormatan, bahkan berpotensi memicu pertikaian dan perpecahan di masyarakat.
Padahal akal dan budi adalah penentu seseorang untuk mampu tegak dalam jalur kemuliaan ataukah terjerumus dalam kemudaratan. Namun sebagai makhluk hidup yang paling sempurna dan meskipun sudah di beri akal dan budi, manusia masih saja tidak dapat memanfaatkan akal dan budinya dengan baik.
Sesungguhnya kita semua bersaudara, saling terkait dalam tubuh seperti hubungan kaki, tangan, kepala, dan anggota badan lainnya. Jika salah satunya sakit, yang lain turut merasakannya. Karena itu, marilah berlatih empati agar selalu ingat pada keadilan. Janganlah mencaci jika tak ingin dibenci. Jangan pula memfitnah karena akan terkena tulah. Bersikaplah bijak agar sadar di mana tempat berpijak. Khususnya kita sebagai generasi muda hendaknya dapat berperan untuk menangkal penyebaran-penyebaran berita hoax.
Di zaman digital, persaingan global semakin bersifat total. Jika ingin jadi bangsa handal, tiada pilihan kecuali meningkatkan kualitas diri secara optimal. Agustinus Mendrofa | Stisip Widuri