Satu-satunya hal yang nggak enak dari traveling pas lagi jomblo, alias gak punya pasangan adalah, sebentar…
Ternyata hampir nggak ada.
Kenapa?
1. Nggak ribet soal jadwal.
Rata-rata banyak jadwal yang harus diulur, atau ditunda ketika seseorang memutuskan bepergian traveling, karena harus menunggu pasangan, atau anak-anaknya mempunyai jadwal liburan yang sama. Akibatnya, ada empat.
Pertama, ada yang harus mengorbankan diri untuk tidak ikut bepergian. Sedih ya?
Kedua, harus memesan segala sesuatunya jauh-jauh-jauh hari (iya, jauhnya tiga kali), supaya bisa pergi bersamaan.
Ketiga, kalaupun bisa pergi bersamaan, tapi salah satunya akan megorbankan kegiatannya. Terpaksa harus bolos dari pekerjaan, dan berwisata dalam diam. Diam-diam tidak posting di medsos, diam-diam mute/blokir teman satu kerjaan supaya tidak dilihat pas lagi liburan, Ngaku aja.
Keempat, karena ribet mengurus jadwal, ujung-ujungnya rencana traveling pun batal.
Kalau jomblo mah bebas.
2. Banyak tempat yang bisa dijelajahi
Jika sudah berkeluarga, apalagi mempunyai anak-anak, ada beberapa tempat wisata di Indonesia yang sama sekali nggak kids-friendly. Alias, nggak ramah kepada anak-anak. Kebanyakan wisata alam. Contoh, hiking ke Air Terjun Matayangu di Sumba Barat; Nanjak celah karst di Wayag, Puncak Harfat atau ke danau Lenmakana di Raja Ampat; atau ikut overland Borneo.
Punya pasangan yang takut legam terbakar matahari, ogah tidur kalau bukan di hotel, atau yang maunya serba dilayani, membuat banyak tempat yang seharusnya bisa dijelajahi menjadi semakin mengecil pilihannya.
Jomblo bodo amat. Semakin jauh, semakin menantang, hayuk…!!!
3. Kompromi Selow
Satu-satunya orang yang perlu untuk diperhatikan ketika jalan sewaktu jomblo, adalah orang itu sendiri. Segala drama ketika memutuskan sesuatu bersama dengan pasangan atau keluarga, bisa dianulir.
Berdasar pengalaman pribadi dan teman-temannya, drama dimulai sebelum traveling adalah proses minta izin. Belum cukup ribet minta izin dari orangtua dan kerjaan, ditambah lagi dengan minta izin dari pasangan dan atau anak-anaknya.
Sebelum traveling
“Perginya ama siapa?
“Berapa lama?”
“Ngapain aja?”
“Kapan pulangnya?”
Petugas sensus sih lewat.
Saat traveling:
“Kok di postingan kamu, dia itu ada melulu tiap kali kamu ngetrip? Fotonya dempet-dempetan lagi!”
“Tadi pagi jam 9 lewat 21 menit, kok gak laporan kamu udah sampai di mana?”
“Kamu dimana sekarang? Ah gak percaya, video call dulu!”
Bebeb, gak semua tempat wisata bisa dijangkau sinyal. Aelah, gesper hansip.
Kelar traveling:
“Mana oleh-olehnya? Lupa sama keluarga di rumah?”
“Udah, gak usah balik sekaliaaan.”
Serba salah, ya tuhannnn…!!!
Familiar dengan kalimat-kalimat di atas? Selamat, kamu ditertawai jombo dari kejauhan.
4. Bisa Ngehemat
Ini sepertinya nggak perlu dijelasiin lagi. Intinya, kalo jomblo traveling, biaya hanya dihitung satu orang. Bayangkan jika bepergian dengan pasangan atau anak-anak, kalikan saja dengan jumlah orang yang ikut.
Duh, keluar duit lagi…
5. Bisa jatuh cinta dengan banyak orang.
Kalo jomblo, kesempatan untuk romantisan bisa semakin besar. Nggak ada pacar yang bucin dan posesif. Mau kencan sehari gak masalah. Mau kenalan dengan orang yang tiba-tiba kita taksir juga lancar, karena gak ada rasa gak enakan ama pasangan.
Monmaap, jomblo menang telak.
6. Belajar sebanyak mungkin
Ada kutipan favorit dari mendiang Thoreau, “The one who goes alone can start today; but they who travels with another must wait till that other is ready.”
Ketika jomblo, area pembelajaran itu luas banget. Kita bisa self-control terhadap berbagai kemungkinan, bisa belajar mengatur waktu secara mandiri, menjadi pembuat keputusan sekaligus penerima konsekuensi tunggal, dan yang paling penting adalah kesempatan untuk me-time lebih lama.
___________
Intinya, jomblo ketika traveling itu bisa ngelakuin apa aja, karena nggak ada yang ngelarang, nggak ada yang baperan, nggak perlu kucing-kucingan.
Kalau traveling pas jomblo itu bahagia, seharusnya kalau traveling pas berdua/berkeluarga, bahagianya itu bisa dobel. Kenyataannya kan nggak valid. Jadi, mumpung jomblo, gunakanlah kesempatan untuk keliling nusantara sepuasnya.
Kebayang aja, keliling ngetrip harus repot gendong anak, nyiapin susu, pacar ngambek, minta balik pulang, lapor 24 jam, gak bisa tebar pesona.
Pergi jadian, pulang putusan.
Pergi sayang-sayangan, pulang musuhan.
Sesuatu yang gak akan terjadi kalo kamu jomblo.
****
TIPS:
Pertama:
Kalau ada yang ngejek dengan kalimat “Kamu traveling kok sendirian? Jomblo, ya?”
Jawab aja: “Kamu traveling kok ama orang itu melulu. Gak bosan, ya?”
Kedua:
Kalau ada yang bilang, “Kamu gak tau betapa enaknya kalo ada pasangan. Jalan berdua lebih romantis. Kalau pasangan ada di rumah, ada yang disayang, dll.”
Jangan gampang percaya. Bisa jadi itu adalah bujukan supaya kamu bisa sama menderitanya dengan mereka.
Hahaha!
Tulisan ini adalah karya pembelajaran jurnalistik mahasiswa STISIP Widuri atas nama AHMAD FAUZI
Kami sangat terbuka bila ada kekurangan dan koreksi, silahkan di masukan pada kolom komentar.