Penemuan Omicron, varian baru virus corona (SARS-CoV-2) di Afrika Selatan, kembali memicu banyak negara mengambil langkah cepat, antara lain dengan menutup perbatasan, dengan harapan menekan penyebaran varian tersebut.
Sejumlah negara telah melarang perjalanan udara dari dan ke Afrika Selatan dan para pakar mengisyaratkan bahwa Omicron adalah “varian virus corona yang paling mengkhawatirkan sejauh ini”.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menggolongkannya sebagai variant of concern atau varian yang diwaspadai.
Tetapi, dengan data yang tersedia, apakah kita bisa menyimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan tersebut bisa diterima? Apakah pernyataan tersebut didasarkan pada bukti atau opini? Kapan kita bisa menggolongkan varian baru sebagai variant of concern?
Apa konsekuensinya bagi strategi menghadapi pandemi?
Hal-hal yang perlu diketahui tentang varian Omicron
Omicron: Gejala-gejala terkena varian baru virus corona menurut dokter yang mendeteksi
Varian Covid: Omicron menyebar, apakah kita perlu vaksin baru?
Sekuens genomik varian Omicron (galur B.1.1.529 dalam sistem PANGO, atau galur 21K pada NextStrain) menunjukkan 55 mutasi jika dibandingkan dengan virus asli yang ditemukan di Wuhan, China.
Dari mutasi-mutasi ini, 32 di antaranya terkait dengan paku protein, yang berperan dalam infeksi sel dan respons kekebalan.
Sebagian besar mutasi ini sebelumnya telah dideteksi pada virus yang digolongkan variants of concern (VOCs) maupun variants of interest (VOIs), misalnya mutasi N501Y yang ditemukan pada varian Alpha, Beta, dan Gamma.
Kemudian mutasi T95I, T478K, dan G142D yang ditemukan di Delta.
Sampai kita mendapat hasil laboratorium, epidemiologis, dan data pemantauan genomik yang memperlihatkan tingkat penularan lebih tinggi atau kemungkinan lolos dari respons kekebalan lebih besar, tidak beralasan meningkatkan taraf kewaspadaan. (Getty Images)
Akumulasi mutasi bersama efek-efeknya yang telah diketahui, sudah menarik perhatian dan kewaspadaan. Namun, beragam eksperimen yang memadai belum dilakukan guna melihat efek-efek mutasi tersebut manakala mereka ditemukan secara bersamaan.
Efek dua mutasi tidak selalu berkaitan dan interaksi keduanya (epistasias dalam istilah teknis) bisa positif (meningkatkan efek satu sama lain) dan bisa pula negatif (mengurangi efeknya).
Sampai kita mendapat hasil laboratorium, epidemiologis,dan data pemantauan genomik yang memperlihatkan tingkat penularan lebih tinggi atau kemungkinan lolos dari respons kekebalan lebih besar, tidak beralasan meningkatkan taraf kewaspadaan.
Alasan WHO mengumumkan varian Omicron menjadi VOC adalah varian itu mungkin berkaitan dengan meningkatnya risiko penularan–meski belum ada informasi publik mengenai data klinis yang menyokong klaim ini.
Covid di Indonesia dapat mencapai 400.000 kasus, varian baru perlu diwaspadai
RI larang masuk pendatang dari sejumlah negara Afrika, Presiden Afsel minta larangan dicabut
WHO beri nama Omicron untuk varian baru virus corona di Afsel ‘yang bermutasi sangat cepat’
BBC
Surveilans genomik Afrika Selatan
Tanda merah langsung dibubuhkan karena cepatnya peningkatan kasus yang disebabkan oleh varian ini di Afrika Selatan.
Sebenarnya tidak mencengangkan varian baru tersebut dideteksi di negara ini, karena Afrika Selatan dikenal sebagai salah satu negara dengan surveilans genomik virus corona terbaik dan juga karena tingkat vaksinasinya lebih baik dibandingkan negara-negara di Afrika.
Berkat surveilans mereka, sekuens virus yang menjadi penyebab wabah Covid-19 di Provinsi Gauteng dengan cepat bisa didapatkan, ketika tingkat infeksinya bisa dikatakan rendah, sekitar 10 kasus per 100.000 orang.
Jika sumber utama kekhawatiran adalah tingkat penyebaran, bukan berarti kita bisa menarik nafas lega.
Sekali lagi, kita harus bertanya, bagaimana virus dengan begitu banyak mutasi bisa muncul. Tidak ada jawaban yang pasti, tapi kecurigaan kita adalah, ia berevolusi pada seorang pasien yang sistem kekebalannya lemah dan terinfeksi dalam jangka waktu lama.
Setelah itu, virus ini menular ke orang-orang lain melalui pola mata rantai yang tidak kita ketahui untuk sementara ini.
BBC
Apa yang bisa kita lakukan dalam menghadapi varian baru?
Saat ini, “senjata” yang kita punya tetap sama: vaksinasi, memakai masker, jaga jarak, dan membuka ventilasi pada ruangan tertutup.
Upaya-upaya ini diharapkan mengurangi paparan virus semaksimal mungkin dan secara bersamaan kita menambah jumlah orang yang divaksin di semua negara.
Harapan lain adalah, usaha ini membatasi kemungkinan adanya mutasi-mutasi baru virus corona.
Meski kita berpikiran bahwa setelah varian Delta mungkin sulit bagi virus corona “melahirkan” varian baru yang masuk dalam daftar perhatian (variant of concern, VOC), varian Omicron membuat kita semua terhenyak.
Terlepas dari apakah nantinya Omicron menimbulkan dampak-dampak serius yang menjustifikasi keputusan WHO menggolongkannya sebagai VOC, jelas bahwa evolusi virus corona mungkin akan melahirkan kejutan.
Semakin cepat kita memotong kemungkinan-kemungkinan tersebut, makin baik kita semua.
* Fernando Gonzlez Candelas adalah Profesor bidang genetika. Dia menjabat Ketua Unit Riset Gabungan “Infeksi dan Kesehatan Masyarakat” FISABIO-Universitat de Valncia. Artikel yang dia tulis diterbitkan The Conversation.
Disarikan oleh P.