Presiden Rusia Vladimir Putin tampil di depan publik pada Kamis (10 Mei 2023). Dalam pidato terakhirnya, ia dengan tegas mengemukakan kemungkinan bahwa Rusia akan melanjutkan uji coba senjata nuklir.
Ini adalah pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade. Dia juga mengatakan negaranya dapat menarik diri dari meratifikasi perjanjian larangan uji coba nuklir tersebut.
“Saya mendengar seruan untuk mulai menguji senjata nuklir, untuk kembali melakukan pengujian,” kata Putin, mengacu pada saran dari para ilmuwannya, pada pertemuan Klub Diskusi Valdai di resor Sochi di Laut Hitam, dikutip Reuters, Jumat.
“Saya belum siap untuk mengatakan apakah kita benar-benar perlu melakukan uji coba atau tidak, namun secara teori mungkin kita akan berperilaku sama seperti Amerika Serikat, (AS),” ujarnya merujuk AS yang tidak menandatangi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif.
“Secara teori, ratifikasi ini bisa saja dicabut. Itu saja sudah cukup,” tegasnya,
Ia pun membeberkan bahwa Moskow juga telah berhasil menguji coba rudal jelajah bertenaga nuklir dan berkemampuan nuklir terbarunya Burevestnik. Ia mengklaim kemampuannya bakal “tak tertandingi”.
Menurutnya, setiap serangan ke Rusia akan memicu respons sepersekian detik dengan ratusan rudal nuklir. Sehingga, tambahnya, tidak ada musuh yang dapat bertahan.
“Kami sekarang hampir menyelesaikan pekerjaan pada jenis persenjataan strategis modern yang telah saya bicarakan dan saya umumkan beberapa tahun lalu,” kata Putin pada kegiatan yang sama dimuat BBC International.
“Uji coba terakhir yang berhasil telah dilakukan terhadap Burevestnik, rudal jelajah bertenaga nuklir dengan jangkauan global,” tambahnya.
“Saya pikir tidak ada orang yang berakal sehat dan memiliki ingatan jernih akan berpikir untuk menggunakan senjata nuklir terhadap Rusia,” katanya lagi.
Komentar terbaru soal nuklir ini muncul setelah juru bicaranya Kremlin menolak laporan New York Times bahwa pengujian senjata nuklir Burevestnik, akan segera dilakukan. Sebelumnya eksperimen Burevestnik sempat diumumkan di 2018.
Burevestnik sendiri diberi nama kode Skyfall oleh NATO. Dalam catatan New York Times mengutip kelompok kampanye pengendalian senjata, the Nuclear Threat Initiative, 13 pengujian Burevestnik sebelumnya- antara tahun 2017 dan 2019- semuanya tidak berhasil.
Di sisi lain, citra satelit sempat beredar bulan lalu menunjukkan bahwa Rusia baru-baru ini membangun fasilitas baru di lokasi pulau terpencil di Arktik, tempat uji coba nuklir Uni Soviet sebelumnya dilakukan. Gambar-gambar tersebut menunjukkan pekerjaan konstruksi di Novaya Zemlya, sebuah kepulauan di Laut Barents bagian utara.
Mengutip analis, dimulainya kembali uji coba nuklir oleh Rusia, AS atau keduanya akan sangat mengganggu stabilitas. Apalagi ketegangan antara kedua negara meningkat akibat perang Rusia dan Ukraina.
Pada bulan Februari lalu,Putin telah menangguhkan partisipasi Rusia dalam perjanjian New START yang membatasi jumlah senjata nuklir yang dapat digunakan oleh masing-masing pihak. Kamis, Putin pun mengatakan hampir menyelesaikan pengerjaan rudal balistik antarbenua Sarmat generasi baru, yang mampu membawa 10 atau lebih hulu ledak nuklir.
Merujuk catatan PBB, dalam lima dekade antara tahun 1945 dan Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif tahun 1996, lebih dari 2.000 uji coba nuklir dilakukan, dengan 1.032 di antaranya dilakukan oleh AS dan 715 di antaranya dilakukan oleh Uni Soviet. Uni Soviet terakhir kali melakukan tes pada tahun 1990 sementara AS terakhir kali melakukan tes pada tahun 1992.
Disarikan Oleh ARS