TomTom Traffic Index menempatkan Jakarta sebagai kota termacet nomor 46 di dunia pada 2021. Bagaimana perhitungannya?
Kabar soal Jakarta berada di posisi ke-46 kota termacet dunia versi TomTom Traffic Index itu dipamerkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan lewat story di akun Instagram-nya seperti dilihat.
Dalam unggahan itu, posisi Jakarta terus menurun sejak 2017. Berikut ini data TomTom Traffic Index yang diunggah oleh akun @dkijakarta.
- 2017: tingkat kemacetan 61 persen, posisi 4 kategori kota termacet di dunia
- 2018: tingkat kemacetan 53 persen, dan berada posisi 7
- 2019: tingkat kemacetan 53 persen, dan berada di posisi 10
- 2020: tingkat kemacetan 36 persen, dan berada di posisi ke-31
- 2021: tingkat kemacetan 34 persen, dan berada di posisi ke-46.
Dalam situsnya, TomTom menjelaskan bagaimana perhitungan yang dilakukan untuk membuat Tomtom Traffic Index 2021. Ada 404 kota di 58 negara yang diukur oleh TomTom.
“Mencakup 404 kota di 58 negara di 6 benua, Indeks Lalu Lintas kami memberi peringkat kemacetan perkotaan di seluruh dunia dan menyediakan akses gratis ke informasi kota demi kota,” demikian tertulis dalam situs TomTom.
TomTom juga menjelaskan metodologi yang digunakan serta sumber data menghitung kota termacet. Tomtom menjelaskan dengan memberi contoh kemacetan di Bangkok.
“Tingkat kemacetan 53% di Bangkok, misalnya, berarti perjalanan 30 menit akan memakan waktu 53% lebih lama daripada selama kondisi awal Bangkok tanpa kemacetan,” tulis Tomtom.
TomTom kemudian memberi penjelasan soal perhitungan tingkat kemacetannya. Ada penjelasan sederhana dengan contoh kemacetan di Bangkot tersebut.
“Pertama, 0,53×30 menit=15,9 menit waktu tempuh rata-rata ekstra. Kedua, 30 menit+15,9 menit = total waktu tempuh rata-rata 45,9 menit. Kami menghitung baseline per kota dengan menganalisis waktu tempuh arus bebas semua kendaraan di seluruh jaringan jalan-tercatat 24/7, 365 hari setahun. Informasi ini memungkinkan kami untuk juga menghitung, misalnya, berapa banyak waktu tambahan yang akan dihabiskan pengemudi di lalu lintas selama jam sibuk di Bangkok,” ujar TomTom.
TomTom mengklaim melakukan perhitungan untuk semua jam setiap hari sehingga terlihat tingkat kemacetan kapan saja di kota mana pun, termasuk jam sibuk pagi dan sore hari. TomTom juga menjelaskan soal data yang mereka gunakan.
“Dengan TomTom, data Anda tidak pernah dijual dan selalu dianonimkan – artinya kami memutuskan hubungan antara identitas Anda dan data yang kami terima. Data Indeks Lalu Lintas kami berasal dari komunitas kami yang berkembang dengan lebih dari 600 juta pengemudi, yang menggunakan teknologi TomTom di perangkat navigasi, sistem dasbor dan ponsel cerdas di seluruh dunia,” tulis TomTom.
Lalu, bagaimana data kemacetan di Jakarta? TomTom menyatakan ada penurunan tingkat kemacetan di Jakarta pada 2021.
“Data menunjukkan waktu perjalanan rata-rata berkurang 2 menit per hari,” tulis TomTom.
Tingkat kemacetan di Jakarta berada pada angka 34%. Artinya, waktu perjalanan 34 % lebih lama dibandingkan kondisi tanpa kemacetan.
“Artinya, perjalanan 30 menit dalam kondisi arus bebas akan memakan waktu 10 menit lebih lama saat tingkat kemacetan 34%,” tulis TomTom.
TomTom juga menampilkan hari dengan kemacetan terburuk di Jakarta selama 2021. Menurut TomTom, lalu lintas pada pukul 17.00-18.00 WIB pada hari Senin adalah yang terbaik untuk dihindari.
“Hari apa dalam seminggu yang memiliki jam sibuk terburuk? Senin, 17.00-18.00. Bepergian sebelum pukul 17.00 pada hari Senin dapat menghemat hingga 4 jam per tahun (untuk perjalanan 30 menit),” tulis TomTom.
Kondisi in berubah jika dibanding tahun 2020. Pada 2020, hari dengan tingkat kemacetan terburuk ialah Jumat pukul 18.00-19.00 WIB. Disarikan Oleh MSLP
Sumber