Faktual.id
POLITIK Politik Luar Negeri

Nasib Negara Amerika Dengan Presiden Yang Terlalu Tua, Indonesia Bagaimana ?

Kondisi negara yang tidak stabil, ancaman perang nuklir, monopoli perusahaan teknologi raksasa, dan perubahan iklim hanyalah beberapa tantangan terbesar yang dihadapi banyak negara saat ini. Bagaimana kita bisa mengelolanya?

Tidak banyak yang bisa kita lakukan. Oleh karena itu, kita membutuhkan pemimpin yang penuh semangat dan berdedikasi. Sayangnya, hal ini mulai menghilang di sebagian besar negara, termasuk Amerika Serikat.

Presiden Joe Biden akan berusia 81 tahun di bulan November ini. Bila kita berandai-andai bahwa dia terpilih kembali tahun depan, maka Biden akan berusia 86 tahun pada akhir masa jabatan keduanya. Jika bukan Biden, tentulah Donald Trump. Trump berusia 77 tahun sekarang.
Kalau terpilih, dia akan berusia 82 pada akhir masa jabatan keduanya. Usia ini sebenarnya 20 tahun melebihi batasan puncak usia pensiun di negeri Paman Sam. Haruskah figur-figur senior ini memimpin rakyat AS dan bertarung untuk menapaki kursi puncak di AS?
Senator Mitt Romney mengatakan tidak. Romney sendiri berusia 76 tahun dan dia tidak berencana mencalonkan diri pada pemilihan mendatang. Mengapa? Karena faktor usia. Romney akan berusia pertengahan 80-an pada akhir masa jabatannya. Alih-alih maju, dia memilih pensiun dan memohon Trump dan Biden melakukan hal yang sama.
Romney berkata, “I think it would be a great thing if both President Biden and former President Trump were to stand aside and let their respective party pick someone in the next generation. President Biden when he was running said he was a transitional figure to the next generation. Well time to transition”.
(Saya pikir akan menjadi hal yang hebat jika Presiden Biden dan mantan Presiden Trump menepi dan memberikan kebebasan kepada partai masing-masing memilih orang lain pada generasi berikutnya. Presiden Biden ketika dia mencalonkan diri mengatakan dia adalah tokoh transisi ke generasi berikutnya. Kini lah waktu yang baik untuk transisi).
Biden memang mengatakan pada tahun 2020 bahwa dirinya seorang presiden transisi. Tapi ini tidak terjadi. Tidak ada transisi. Biden ingin tetap di Gedung Putih. Donald Trump juga ingin kembali. Haruskah salah satu dari mereka ikut mencalonkan diri? Terus terang ini adalah pertanyaan yang sulit dan tidak nyaman.
Kita tidak ingin melakukan diskriminasi berdasarkan usia, tetapi kita perlu tahu berapa batasan usia yang disebut tua? Harapan hidup rata-rata di AS adalah 77 tahun. Baik Biden dan maupun Trump sudah melewatinya. Lalu apa alasan mereka untuk terus saja mencalonkan diri?
Ada 12 kandidat yang mencalonkan diri untuk Partai Republik. Trump sejauh ini menjadi calon favorit. Sekitar 60 persen pemilih Partai Republik mendukung Trump. Mereka tahu Trump sudah tua. Mereka juga tahu Trump akan berusia 82 pada tahun 2029.
Namun public mendukungnya. Jadi mau tak mau kesalahan juga berada di pundak para pemilih. Tapi Biden berbeda. Sebagai presiden dia tidak menghadapi tantangan nyata. Ada tiga kandidat, termasuk Biden.
Salah satunya adalah Robert Kennedy Jr. Baru-baru ini Robert mengkritik faktor usia terkait pencalonan Biden kembali. Dia mengatakan orang harus memilih presiden yang dapat menyelesaikan masa jabatannya. Dengan kata lain Kennedy berpikir Biden akan mencalonkan diri seusai jabatannya berakhir.
Ini adalah masalah utama di jagad politik AS. Senator Mitch McConnell, misalnya, pernah mengalami dua kejadian yang mengkhawatirkan. Salah satunya dalam sebuah konferensi pers, dia tidak mengatakan apa–apa dan hanya menatap kosong.
McConnell adalah tokoh Partai Republik teratas di Senat AS, Biden adalah presiden dan Trump ingin menjadi presiden. Mengapa semua pemimpin ini adalah tokoh-tokoh tua, belum lagi berkulit putih dan laki-laki?
Ada sejumlah penjelasan. Boleh jadi anak muda sama sekali tidak tertarik pada politik. Sulit bagi mereka untuk memulai. Anda membutuhkan jutaan dolar untuk melakukan kampanye Senat, bahkan lebih.
Untuk mencalonkan diri sebagai presiden, Anda tidak dapat melakukannya tanpa bantuan kekuatan bisnis. Siapa yang akan didukung oleh para korporat? Seorang politisi muda yang dinamis atau pemimpin senior yang menyukai status quo?
Menurut Pew Research Center, hanya ada 5 persen pemimpin dunia yang berusia lebih dari 80 tahun, 35 persen berusia 60-an dan 22 persen berusia 50-an. Usia rata-rata di Senat AS adalah 64 tahun, itu satu dekade lebih tua dari usia rata-rata global. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa memperbaikinya? Berapa batasan umur yang dianggap terlalu tua?
Ini pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Setiap orang berbeda. Mungkin Anda masih aktif di di usia 75 tahun, sementara tetangga Anda sudah uzur. Jadi menetapkan batas usia secara acak bisa menjadi masalah.
Tapi sebetulnya sejumlah negara sudah ada yang melakukannya. Di AS Anda minimal berusia 35 tahun untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Di India Anda harus berusia 25 tahun untuk bersaing untuk Lok Sabha (pemilu). Artinya Anda harus berusia 25 tahun untuk menjadi Perdana Menteri India.
Bila batas usia minimal sudah ditetapkan, mengapa batas usia maksimal tidak diperlakukan sama? Intinya adalah kita perlu menghadapi kebenaran yang mungkin tidak nyaman bagi banyak politisi. Penekanan terhadap politisi muda bukanlah diskriminasi usia.
Ini punya basis rasionalitas juga. Beberapa politisi masih tetap tajam hingga usia 70-an dan 80-an, tetapi harus ada pengecualian. Kita perlu melihat dan memperhatikan norma-norma. Untuk itu setidaknya ada dua hal yang perlu ditangkuptelentangkan.
Pertama-tama lepaskan isu diskriminasi usia. Lihatlah apa yang menjadi kepentingan nasional, siapa cocok dan pas untuk memimpin. Kedua adakan dialog. Beberapa orang mengusulkan usia 70 tahun sebagai batas teratas, yang lain ada yang mengatakan 50 atau 60 tahun. Inti dari demokrasi adalah menemukan jalan tengah.
Disarikan Oleh ARS

Related posts

Permintaaan Elite PSI Untuk Kaesang Menjadi Ketum PSI, 8 Tahun 3 Ketum?

Tim Kontributor

Menurut Roy Suryo Server Sirekap Buatan Alibaba Sampai Pindah 10 Kali Di Singapura

Tim Kontributor

Sikap Tenang Megawati Akan Membuat Jokowi Terlihat Buruk

Tim Kontributor

Leave a Comment