Faktual.id
RAGAM INFO

Desember Tahun 2021 Gerhana Matahari Total Dan Hujan Meteor Akan Terjadi

Berdasarkan kalender astronomi bulan November yang dirilis Pusat Riset Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) – BRIN, ada beberapa fenomena langit yang layak ditunggu.

Seperti bulan November, Desember pun bertabur hujan meteor. Di bulan ini ada gerhana Matahari total, apakah Indonesia bisa melihatnya? Berikut ini rangkumannya seperti dikutip detikINET dari situs Edukasi Sains LAPAN.

Sementara beberapa wilayah dunia menyaksikan okultasi Mars oleh Bulan (saat Mars melintas di belakang Bulan), wilayah yang tak kebagian dapat menyaksikan fenomena konjungsi antara Bulan dan Planet Merah. Fenomena ini terjadi pada 3 Desember dan akan terlihat pada 07.28 pagi waktu setempat.

Fenomena ini sudah bisa terlihat di ufuk timur, 1 jam sebelum Matahari terbit selama 35 menit. Saat itu, Bulan berada di fase sabit akhir dengan iluminasi 2,7%. Posisi Mars berada di magnitudo +5,4, dan konjungsi ini terpisah di sudut 1,3-1,6 derajat.

4 Desember – Super new moon

Saat fase Bulan baru terjadi berdekatan dengan perige Bulan, terjadilah Bulan baru super atau super new moon. Ini adalah fenomena astronomis tahunan. Super new mooon terakhir terjadi pada 17 Oktober 2020, super new moon berikutnya akan terjadi pada 2023, 2024, dan 2025.

Pada super new moon 4 Desember, Bulan baru terjadi pada 02.43 siang waktu setempat, dan Bulan berada di jarak geosentrik 356.805 kilometer dan lebar sudut 33,49 menit busur. Pada pukul 04.57 sore waktu setempat, perige Bulan terjadi di jarak geosentrik 356.796 kilometer dan lebar sudut 33,49 menit busur.

4 Desember – Gerhana Matahari total

Masih di tanggal 4 Desember ada fenomena gerhana Matahari total. Wilayah Antartika bisa menyaksikan fenomena istimewa ini, dikarenakan wilayah Antartika pas terkena umbra Bulan. Sementara Antarktika mengalami fase total, wilayah-wilayah ini mengalami gerhana Matahari parsial:

  • Lebar gerhana kurang dari 10% diameter Matahari:
  • Afrika Selatan
  • Namibia
  • Australia bagian selatan
  • Lebar gerhana 10-40% diameter Matahari:
  • Kepulauan Malvinas
  • Kepulauan Tierra del Fuego
  • Lebar gerhana 93-97% diameter Matahari
  • Georgia Selatan
  • Kepulauan Sandwich Selatan

Dimulai pada 10.59 pagi waktu setempat, gerhana Matahari akan penuh pada 12.30 siang waktu setempat dan mencapai fase maksimum pada 01.03 siang waktu setempat. Pada pukul 03.07 sore, barulah gerhana Matahari total berakhir. Durasi totalitas berkisar antara 90-116 detik.

Sayangnya, Indonesia tidak bisa menyaksikan fenomena ini. Menurut Pussainsa LAPAN, gerhana Matahari total ini adalah yang ke-13 dari 70 gerhana Seri Saros ke-152. Selanjutnya, fenomena ini akan terjadi lagi pada pertengahan Desember 2039 dan menjelang akhir Desember 2057.

6-7 Desember – Puncak hujan meteor Phoenicid

Hujan meteor di bulan Desember 2021 akan dibuka oleh hujan meteor Phoenicid. Mencapai puncaknya pada 6-7 Desember, hujan meteor ini terjadi di konstelasi Phoenix dan merupakan sisa debu Komet 289P/Blanpain. Fenomena ini dapat terlihat sejak awal senja bahari pada 6 Desember hingga pukul 02.15 dini hari pada 7 Desember waktu setempat.

Pussainsa LAPAN memprakirakan meteor turun dengan intensitas 51 meteor/jam di Sabang sampai 74 meteor/jam di Pulau Rote. Saat berada di titik puncak/zenit, hujan meteor Phoenicid turun dengan 100 meteor per jam. Untuk bisa melihatnya, langit harus dalam keadaan cerah tanpa polusi cahaya dan bidang pandang terbentang tanpa penghalang.

7-8 Desember – Hujan meteor Puppid-Velid       

Seperti namanya, hujan meteor ini terjadi di konstelasi Vela yang berbatasan dengan konstelasi Puppis. Tampak pada 1-15 Desember, hujan meteor Puppid-Velid mencapai puncaknya pada 7-8 Desember, hujan meteor ini adalah sisa debu Komet 96P/Machholz.

Intensitas hujan meteor Puppid-Velid berkisar di 6 meteor/jam untuk kawasan Sabang dan 8 meteor/jam untuk Pulau Rote. Saat di titik zenit, intensitas memuncak di 10 meteor/jam. Fenomena ini terlihat sejak 7 Desember pukul 9 malam waktu setempat hingga akhir fajar bahari (25 menit sebelum Matahari terbit) pada 8 Desember waktu setempat.

9-10 Desember – Puncak hujan meteor Monocerotid

Puncak hujan meteor Monocerotid terjadi di konstelasi Monoceros. Hujan meteor ini adalah produksi sisa debu asteroid 2004 TG10 (yang juga menyebabkan hujan meteor Taurid utara).

Fenomena ini dapat disaksikan pada 9 Desember pukul 07.40 malam waktu setempat hingga pada 10 Desember saat akhir fajar bahari. Hujan meteor ini akan turun dengan intensitas 1,9-2 meteor/jam.

10-11 Desember – Puncak hujan meteor χ-Orionid

Setelah Monocerotid, puncak hujan meteor selanjutnya adalah Chi(χ)-Orionid, yang sebenarnya berlangsung 5-20 Desember. Bukan konstelasi, hujan meteor ini terjadi di dekat bintang χ-Orionis, konstelasi Orion. Seperti hujan meteor Monocerotid, hujan meteor ini bersumber dari 2004 TG10.

Fenomena ini dapat disaksikan sejak awal senja astronomis (50 menit setelah terbenamnya Matahari) pada 10 Desember waktu setempat hingga akhir fajar bahari pada keesokan harinya waktu setempat. Di Indonesia, hujan meteor χ-Orionid dapat memuncak hingga 2,5-3 meteor/jam.

12-13 Desember – Hujan meteor σ-Hybrid

Hujan meteor Sigma(σ)-Hybrid berlangsung pada 3-15 Desember dan mencapai puncaknya pada 12-13 Desember. Hujan meteor σ-Hybrid akan turun dengan intensitas 2,9-3 meteor/jam.

Fenomena ini terlihat di konstelasi Hydra, dekat bintang Sigma Hydrae, dari pukul 09.15 malam waktu setempat pada 12 Desember hingga akhir fajar bahari keesokan harinya waktu setempat.

14-15 Desember – Puncak hujan meteor Geminid

Turun pada 4-17 Desember, hujan meteor Geminid mencapai puncaknya pada 14-15 Desember. Seperti namanya, fenomena ini terjadi di langit konstelasi Gemini dan bersumber dari debu asteroid 3200 Phaethon (1983 TB).

Fenomena ini terlihat pada 14 Desember pukul 08.30 malam waktu setempat hingga 15 Desember pada akhir fajar bahari. Di Sabang, hujan ini turun 86 meteor/jam, dan di Pulau Rote, berkisar di intensitas 107 meteor/jam. Di titik zenit, hujan meteor Geminid turun dengan intensitas 120 meteor/jam.

16 Desember – Puncak hujan meteor Comae-Berenicid

Hujan meteorComae-Berenicid akan turun pada 12-23 Desember di langit konstelasi Leo dan puncaknya terjadi di tanggal 16 Desember. Di situs tersebut, hujan meteor ini akan mulai terlihat sekitar 01.50 dini hari waktu setempat hingga akhir fajar bahari.

Pada puncaknya, hujan meteor Comae-Berenicid akan turun dengan intensitas 2-3 meteor/jam. Selain itu, tantangan terbesar lain saat menyaksikan fenomena ini adalah cahaya Bulan.

19-20 Desember – Puncak hujan meteor Leonis Minorid

Turun pada 5 Desember 2021 sampai 4 Februari 2022, hujan meteor di konstelasi Leo Minor ini mencapai puncaknya pada 19 Desember 2021 mendatang.

Hujan meteor Leonis Minorid dimulai sekitar pukul 11 malam waktu setempat sampai akhir fajar bahari pada 20 Desember. Hujan meteor Leonis Minorid diprakirakan akan turun dengan intensitas 4-5 meteor/jam.

21 Desember – Titik balik Matahari

Bumi akan mengalami titik balik Matahari pada 21 Desember 2021. Titik balik Matahari sebelumnya di tahun ini terjadi pada 21 Juni 2021 sebagai titik balik musim panas. Posisi titik balik Matahari pada Desember berarti adalah titik balik musim dingin di belahan Bumi utara.

Di posisi ini, belahan Bumi selatan yang condong menghadap Matahari, waktu siang dan sore harinya akan terasa lebih panjang, sementara malam terasa lebih pendek. Di belahan Bumi utara, durasi Matahari berada di cakrawala akan jadi yang terpendek di 2021. Inilah yang menandai hari pertama musim dingin.

Seperti titik balik Matahari pada Juni 2021, Indonesia yang berada di khatulistiwa tentu tidak terpengaruh. Hal ini disebabkan karena posisi khatulistiwa terhadap Matahari cenderung konstan.

22 Desember – Puncak hujan meteor Ursid

Hujan meteor Desember 2021 ditutup dengan hujan meteor Ursid. Turun sejak 17 Desember sampai 26 Desember 2021, hujan meteor di konstelasi Ursa Minor ini mencapai aktivitas tertingginya pada 22 Desember. Hujan meteor Ursid bersumber dari debu komet 8P/Tuttle.

Pemandangan ini terlihat pada sekitar pukul 3 pagi hingga akhir fajar bahari. Saat ini, hujan meteor Ursid turun dengan intensitas 10 meteor/jam. Perlu dicatat, cahaya Bulan dapat menghalangi pemandangan. Jadi, pastikan langit cerah bebas polusi cahaya dan bidang pandang tidak terhalang apa pun.Disarikan Oleh MSLP
Sumber

Related posts

Indonesia Fokus Jauhi Sanksi FIFA, Jangan hingga Dikucilkan dari Sepak Bola Dunia

Tim Kontributor

Minuman Setan Yang Sempat Diharamkan Gereja dan Dilarang Ulama.

Tim Kontributor

Arus Mudik dengan Kereta Api Meningkat Hingga 39%

Tim Kontributor

Leave a Comment