Penembakan terhadap umat muslim yang tengah melaksanakan ibadah salat jumat yang terjadi di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre di Christchurch, Selandia Baru, pada pukul 13.40, Jumat (15/3/2019) lalu masih menimbulkan kesedihan mendalam dan kemarahan bagi seluruh warga Selandia Baru.
Dubes RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya mengungkapkan, Hari Minggu lalu hampir 12.000 warga Wellington dari berbagai agama dan ras memenuhi sebuah lapangan untuk bersama-sama berdoa demi kedamaian mereka yang telah menjadi korban, dan ketabahan mereka yang ditinggalkan.
“Jumat besok, warga Wellington kembali akan berkumpul untuk memperingati seminggu aksi teror tersebut, dimana yang perempuan diharapkan untuk mengenakan tutup kepala seperti hijab sebagai bentuk penghormatan kepada umat Islam,” ungkap Tantowi kepada Warta Ekonomi, Rabu (20/3/2019).
Perdana Menteri, Jacinda Ardern, yang merupakan pemimpin dunia termuda (38 tahun), dianggap tidak berpengalaman menunjukkan kelasnya sebagai pemimpin yang berani dan berempati.
“Dalam waktu yang cepat ia mengumumkan ke dunia, penembakan brutal di Christchursch tersebut sebagai Aksi Terorisme. Hal yang tidak dilakukan oleh pemimpin dunia manapun ketika di negerinya terjadi aksi brutal yang memakan korban ummat Islam,” tutur Tantowi.
Sehari setelah penembakan ia langsung terbang ke Christchurch menemui para korban dan keluarganya untuk menunjukkan simpati dan perhatiannya sebagai kepala pemerintahan.
“Dia peluk keluarga korban dan bisikkan agar tenang dan tabah. Pemerintahnya akan bergerak cepat untuk memastikan semuanya akan kembali normal. Dia pun memberikan jaminan kepada keluarga yang ditinggalkan,” ungkap Tantowi lagi.
Usai kejadian yang menimpa muslim di Selandia Baru tersebut, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dikabarkan menelepon Jacinda Ardern dan bertanya apa yang Amerika bisa lakukan. RM Jacinda Ardern pun menjawab, “Ramahlah kepada umat Islam”. Tidak berapa lama Trump mem-posting Tweet-nya yang berisi “I love New Zealand”.
Pasca kejadian, suasana di Selandia Baru beransur normal, meski tetap ada rasa kawatir dan sedih dari warganya.
“Tidak ada hoax, tidak ada orang serta kelompok yang mempolitisir keadaan untuk kepentingan tertentu. Tidak ada pula yang maki-maki dan demo untuk melampiaskan kemarahan. Semuanya mendengarkan dan nurut ke Pemerintah karena mereka tahu Pemerintah akan membuat perhitungan ke teroris dengan caranya sendiri,” jelas Tantowi. sumber