Faktual.id
RAGAM INFO

Sosok Chairul Tanjung

Chairul Tanjung adalah pengusaha asli 1 yang lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni tahun 1962. Pria berusia 52 tahun ini dikenal luas sebagai pendiri sekaligus pemimpin CT Corp yang sebelumnya bernama Para Group. Chairul Tanjung lahir dari rahim seorang ibu bernama Halimah yang memiliki darah Sunda berasal dari Cibadak, Sukabumi. Ayahnya bernama A.G. Tanjung memiliki darah Batak berasal dari Tapanuli Tengah.

Chairul Tanjung Si Anak Singkong merupakan judul dari sebuah buku yang disusun oleh seorang wartawan kompas bernama Tjahja Gunawan Adiredja. Lewat buku ini, perjalanan hidup Chairul Tanjung dikupas tuntas. Namun anak singkong ini bukan hanya sebatas judul buku bagi perjalanan hidup Chairul Tanjung melainkan julukan ini sudah melekat pada dirinya sejak kecil. Teman-temannya dulu sering memanggilnya dengan julukan anak singkong sebagai sebutan lain dari anak kampung. Tapi siapa sangka, anak singkong itu sekarang sudah berdiri tegak meraih semua mimpinya dan sukses berat menjalankan bisnis-bisnisnya.

Chairul Tanjung lahir dari rahim seorang ibu bernama Halimah yang memiliki darah Sunda berasal dari Cibadak, Sukabumi. Ayahnya bernama A.G. Tanjung memiliki darah Batak berasal dari Tapanuli Tengah. Ayahnya Abdul Gafar Tanjung, saat itu telah mempunyai percetakan, koran, transportasi dll. Sang ayah adalah Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Ranting Sawah Besar. Namun kehidupan Chairul Tanjung dan keluarganya diuji ketika usaha ayahnya dipaksa untuk tutup di masa orde baru karena secara politik berseberangan dengan penguasa saat itu. Tulisan-tulisan yang ada di surat kabar ayah Chairul Tanjung dianggap berbahaya sehingga harus ditutup.

Dengan keadaan ekonomi yang tidak dapat dikatakan berkecukupan, Chairul masih tetap dapat menempuh pendidikan dengan baik. Pada masa kecilnya, Chairul mengenyam pendidikan SD dan SMP Van Lith di wilayah Gunung Sahari. Setelah itu, pada 1981 ia melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Jakarta atau yang biasa dikenal dengan SMA Boedi Oetomo di Jakarta Pusat.

Semasa kecil Chairul Tanjung melalui hari-hari penuh keceriaan sebagai anak pinggiran kota Metropolitan. Bermain bersama teman-teman dengan membuat pisau dari paku yang digilaskan di roda rel dekat rumahnya di Kemayoran, adalah kegiatan seru yang menyenangkan. Juga bersepeda beramai-ramai di akhir pekan ke kawasan Ancol, sambil jajan penganan murah, buah lontar.

Jatuhnya keadaan ekonomi keluarga Chairul saat itu memaksa mereka untuk menjual rumahnya dan tinggal dalam sebuah losmen kecil di kawasan Kramat Raya, Jakarta untuk tinggal mereka sekeluarga. Hanya satu kamar, dengan kamar mandi di luar yang kemudian dihuni 8 orang. Kedua orang tua Chairul, dan 6 orang anaknya, termasuk Chairul sendiri. Tidak kuat terus-menerus membayar sewa losmen, mereka kemudian memutuskan pindah ke daerah Gang Abu, Batutulis. Salah satu kantong kemiskinan di Jakarta waktu itu. Rumah tersebut adalah rumah nenek Chairul, dari ibundanya, Halimah.

Tak patah semangat meskipun hidupnya sederhana, Chairul Tanjung melanjutkan sekolahnya ke jenjang perguruan tinggi dengan masuk ke Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Sehingga apapun keadaannya, sesulit apapun kondisi mereka, keluarga Chairul Tanjung selalu berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Keluarga chairul tanjung memiliki prinsip, yakni untuk lepas dari jerat kemiskinan, pendidikan adalah hal yang harus ditempuh.

Ibu Chairul Tanjung merupakan sosok yang jarang sekali mengeluhkan kondisi, sesulit apapun keadaan keluarga. Segala daya dan upaya ditempuh oleh orang tua Chairul Tanjung demi menyekolahkan anak-anak mereka, termasuk Chairul Tanjung. Ibu Chairul Tanjung ia rela berjualan kain batik untuk membiayai Chairul Tanjung masuk ke Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Semasa kuliah, Chairul Tanjung yang berasal dari keluarga sederhana ini mengalami pengalaman yang luar biasa. Tidak seperti mahasiswa yang kerjanya hanya fokus belajar dan bisa merasakan fasilitas dari orang tua dengan santai, Chairul Tanjung sudah diajari untuk menjadi pekerja keras di masa kuliahnya. Dengan masih menyandang status sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Chairul Tanjung mulai menunjukkan bakatnya di dunia bisnis. Kesulitan finansial yang menimpa keluarganya membuat Chairul Tanjung mulai mengasah kemampuannya dalam berbisnis.

Menyibukan diri untuk belajar merintis bisnis, tidak membuat Chairul Tanjung lalai pada tugas utamanya untuk kuliah. Selain mengasah bakatnya di dunia bisnis, Chairul Tanjung juga menjadi mahasiswa teladan. Terbukti di masa kuliah beliau pernah mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional periode tahun 1984-1985. Penghargaan yang beliau dapat ini merupakan penghargaan sebagai anggota civitas akademika yang berjasa kepada fakultas dan universitas.

Demi memenuhi kebutuhan kuliahnya, Chairul Tanjung memulai bisnis kecil-kecilan. Mulai dari menjual buku, kaos, sampai alat-alat kedokteran dan laboratorium yang dibutuhkan oleh teman-temannya di Fakultas Kedokteran Gigi.

Usahanya dalam menjual alat-alat laboratorium dan kedokteran ini sempat berkembang baik, sampai beliau mampu mendirikan sebuah toko di kawasan Senen Raya, Jakarta Pusat. Sayangnya tokonya ini tidak lama berdiri karena mengalami kebangkrutan. Selain itu, Chairul Tanjung juga sempat membuka usaha fotokopi di lingkungan kampusnya.  Chairul Tanjung juga pernah mencoba untuk membuka sebuah bisnis di bidang kontraktor dan telah mengerjakan berbagai proyek industry, terutama barang-barang dengan bahan dasar rotan.

Chairul Tanjung menamatkan kuliahnya pada tahun 1987. Selesai kuliah, beliau tampaknya tidak tertarik untuk bekerja sesuai dengan ilmu yang digelutinya semasa kuliah. Jiwa pebisnis sudah melekat kuat pada diri seorang Chairul Tanjung.

Setelah lulus kuliah ia bersama 3 orang temannya, Chairul Tanjung mendirikan PT Pariarti Shindutama. Modal yang digunakan diperoleh dari Bank Exim sebanyak 150 juta Rupiah. Perusahaan ini memproduksi sepatu anak-anak untuk kemudian diekspor. Berbeda dengan usaha peralatan laboratorium dan kedokteran yang sebelumnya beliau jalani dan terpaksa bangkrut, bisnis kali ini Chairul Tanjung meraup keuntungan yang cukup besar. Beliau dan teman-temannya mendapatkan pesanan 160 pasang sepatu langsung dari Italia

Pada tahun 1994, Chairul resmi meminang gadis pujaannya yaitu Anita yang juga merupakan adik kelasnya sewaktu kuliah. Dan pada tahun 1996, Chairul memperoleh berkah yang berlimpah karena pada tahun tersebut lahirlah anak pertamanya.

Seiring berjalannya waktu, Chairul Tanjung merasa tak lagi sejalan dengan rekan-rekannya itu, sehingga beliau memutuskan untuk membangun bisnisnya sendiri dan mulai membangun bisnis dengan modal pribadi dan menjelma menjadi pengusaha yang mandiri.

Bukan Chairul Tanjung namanya kalau tidak bisa bertahan seorang diri di tengah dunia bisnis yang cukup mengerikan ini. Setelah memutuskan berhenti dari bisnis sepatu ekspor, Chairul Tanjung mencoba bisnis baru. Dengan kemampuannya membangun jaringan dan pengalamannya dalam dunia bisnis yang sudah didapatkan sejak duduk di bangku kuliah, Chairul Tanjung membangun sebuah usaha yang arahnya ke konglomerasi. Beliau menyusun 3 bisnis inti, yakni: keuangan, properti, dan multimedia.

Dengan keahlian yang dimilikinya dan luasnya relasi dari Chairul, kesuksesan pun perlahan datang. Chairul kemudian mendirikan Para Group yang memiliki sebuah perusahaan ‘payung’ bernama Para Inti Holdindo. Chairul pun berusaha memusatkan bisnisnya pada tiga sektor yaitu keuangan (finansial), multimedia dan properti. Untuk mengorganisir sektor keuangan, Chairul memiliki anak perusahaan bernama Para Global Investindo. Dalam sektor multimedia dan investasi, ia mendirikan Para Inti Investindo. Sedangkan untuk sektor properti, ia mendirikan Para Inti Propertindo.

Dalam menjalankan usahanya, Chairul lebih gemar melakukan akuisisi terhadap perusahaan-perusahaan lain dibanding membangunnya dari awal. Salah satu akuisisi dari Chairul yang paling terkenal adalah Bank Karman yang kemudian diubah namanya menjadi Bank Mega. Selain itu, ia juga membeli sebagian besar saham dari Carefour Indonesia sebesar 40% melalui perusahaannya yang bernama Trans Corp. Pembelian itu diresmikan pada bulan Maret 2010. Penandatanganan penjualan saham tersebut bahkan tidak dilakukan di Indonesia melainkan di Prancis. Berselang satu tahun kemudian, pada 1 Desember 2011, Chairul merubah nama Para Group menjadi CT Corp yang dikenal sekarang ini. CT Corp sendiri terdiri dari tiga perusahaan anak yaitu Mega Corp, CT Global Resources, dan Trans Corp atau Trans TV.

Kegigihan dan kerja keras Chairul Tanjung ini membawa beliau ke puncak kesuksesan. Sebagai bukti namanya berada di dalam daftar orang terkaya dunia oleh majalah ternama Forbes di tahun 2010. Pencapaian yang diraih Chairul Tanjung  membuat majalah Forbes tak ragu untuk menunjuk beliau sebagai salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke-937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar. Kemudian, pada tahun 2011 Forbes kembali menyatakan Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar. Lalu yang terbaru, tahun 2014 Chairul Tanjung kembali dinyatakan menjadi orang terkaya nomor 375 di dunia dengan jumlah kekayaan US$4 miliar berdasarkan majalah Forbes.

Saat ini Chairul memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial, antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung Propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, dan Mega Indah Propertindo.[9] Di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, Trans Tobacco, dan Trans Studio.

Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan adalah penting. Selain itu memiliki rekanan yang baik sangat diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembangnya bisnis yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus maka jejaring bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat pun adalah penting.

Dalam hal investasi, Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokalpun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi denganperusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi ini merupakan upaya perusahaan nasional agar bisa berdiri sendiri dan jadi tuan rumah di negeri sendiri.

Dalam bisnis, Chairul menyatakan bahwa generasi muda sudah seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu. Menurutnya membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah. Jangan sampai banyak yang mengambil jalan seketika, karena dalam dunia usaha kesabaran adalah salah satu kunci utama dalam mencuri hati pasar. Membangun integritas adalah penting bagi Chairul. Adalah manusiawi ketika berusaha, seseorang ingin segera mendapatkan hasilnya. Namun tidak semua hasil bisa diterima secara langsung.

Chairul Tanjung mengatakan bahwa modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Namun kemauan dan kerja keras, merupakan hal paling pokok yang harus dimiliki seseorang yang ingin sukses. Baginya mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Di mana membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas. Di sinilah pentingnya berjejaring dalam menjalankan bisnis.

Setelah sukses seperti sekarang ia pun tak lupa pada masa lalunya. Karenanya, ia pun kini giat menjalankan berbagai kegiatan sosial. Mulai dari PMI, Komite Kemanusiaan Indonesia, anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia dan sebagainya. Ia mengungkapkan bahwa waktunya lebih dari 50% di curahkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan.

Chairul Tanjung memiliki dua orang anak, Putri Indahsari Tanjung dan Rahmat Dwiputra Tanjung. Anak sulungnya, Putri Tanjung selaku pemilik Bank Mega kini seolah mengikuti jiwa bisnis sang ayah dan berhasil mendirikan perusahannya sendiri meski usianya baru 22 tahun. Putri Tanjung menjadi gambaran seorang perempuan mandiri dan pekerja keras tanpa mengandalkan kecantikan saja.

Putri Tanjung mengakui bahwa  ayahnya itu mendidik dengan  keras dan disiplin. Ia juga mengatakan hanya diberikan uang jajan hanya setengah dari teman-teman yang lain, apabila ingin  makan dengan teman-teman, harus cari cara terlebih dahulu agar bisa mendapatkan uang lebih. Dan  dari kecil pun Putri Tanjung  sudah diajarkan untuk berbisnis oleh sang ayah.

Saat ini Putri tanjung tidak ingin untuk masuk kedalam perusahaan ayahnya karena ia ingin mempunyai perusahaan sendiri. Meski begitu, Putri yakin akan tetap membantu perusahaan sang ayah saat jasanya dibutuhkan kelak.

Sejak usia 15 tahun, Putri Tanjung bahkan sudah aktif mencoba bisnis di bidang event organizer dan terus berkembang hingga kini menjadi CEO dari CreativePreneur Event Creator. sekarang ini ia memiliki PT. Visi Muda Kreatif yang berisi anak-anak muda, ia mengharapkan perusahaan tersebur bisa menjadi wadah untuk anak-anak muda yang mau bergabung di industri kreatif,” jelas Putri. Lewat perusahaan itulah Putri ingin sekali bisa maju dan menjadi salah satu pengusaha sukses di Indonesia.

penlis : bagus sutiono Mahasiswa STISIP Widuri.

Related posts

Pakar Evaluasi Sepekan PPKM Darurat: Belum Berhasil, Testing Tak Memadai

Tim Kontributor

Omzet Penipuan APK Mencapai Rp200 Juta per Bulan Dan Memiliki Rumah Mewah, Ini Metodenya

Tim Kontributor

JoMan Dukung Perpanjangan Jabatan Jokowi 2-3 Tahun

Tim Kontributor

Leave a Comment