Gejala mabuk agama di negara kita juga dapat dirasakan dari aktivitas keseharian. Undangan-undangan kegiatan di rumah dan di kantor kebanyakan bersifat keagamaan, misalnya dakwah agama atau pendalaman kitab suci. Jarang sekali undangan yang bersifat keilmuan yang non agama. Demikian pula, mass media seperti televisi, radio, majalah, spanduk, pamlet, selebaran, dan koran dipenuhi oleh berita/renungan keagamaan…
Sinetron kita juga banyak yang bernuansa mistik campur agamis. Lagu-lagu di televisi dan radio juga banyak mengandung pesan-pesan agama. Yang sangat menyolok mata adalah cara mengkover hari raya Lebaran selama hampir 40 hari, dimulai dari awal puasa, mudik hari H Min, saat Lebaran, mudik hari H plus, dan usai lebaran untuk masuk kerja, sungguh luar biasa. Apakah pemberitaan semacam ini bermanfaat? Demikian pula saat mengcover ibadat haji, hampir 40 hari pula. Apakah tidak menghambur-hamburkan waktu, biaya, dan tenaga? Coba bayangkan bila cara mengcover berita pemberantasan KKN semacam hari Lebaran dan Haji (full selama 80 hari), dijamin Indonesia cepat bersih! Jika membandingkan dengan negara modern, hal sebaliknyalah yang terjadi, keilmuan, politik,dan bisnis sangat mendominasi, agama sangat minim karena agama dianggap urusan pribadi (privasi)…
Masyarakat Jepang dikenal sebagai kecanduan kerja, tiada hari tanpa kerja, istilah kerennya: work alcoholic; sedangkan bagi masyarakat Indonesia, tiada hari tanpa dibumbui agama, mungkin istilah kerennya: religion alcoholic. Di negara modern ada falsafah time is money, di kita agak lain: time is religion! Ada iklan Teh Botol Sosro begini: Kapan saja, dimana saja, minumlah Teh Botol Sosro; di masyarakat kita seolah-olah juga punya iklan yang mirip, yaitu: Kapan saja, dimana saja, tengguklah hanya agama!
Dari pengamatan kegiatan keseharian ini, dapat disimpulkan bahwa bangsa Indonesia sedang mabuk agama! Kecanduan agama menyebabkan mabuk, mabuk agama kalau diteruskan dapat menjadi keracunan agama! Ingat, obat itu juga dapat menjadi racun tubuh kalau dipakai secara overdosis/berlebihan! Namun perlu diketahui, bahwa semua negara yang telah berada ditingkatan modern dipastikan pernah mengalami jaman kerajaan, diktator, semi demokratis, demokratis dan pasti juga pernah mengalami mabuk agama. Cuma sebaiknya kita dapat belajar dari sejarah, agar mabuk agama tidak berkepanjangan dan tidak mengulangi kesalahan yang telah dibuat oleh mereka itu.
Tulisan ini adalah karya pembelajaran jurnalistik mahasiswa STISIP Widuri atas nama AHMAD FAUZI
Kami sangat terbuka bila ada kekurangan dan koreksi, silahkan di masukan pada kolom komentar.