Waktu saya kecil dulu, dan satu-satunya stasiun televisi yang bisa saya lihat adalah TVRI, orang yang paling saya benci waktu itu adalah Harmoko. Orang ini adalah menteri penerangan pada saat itu, ketika Pak Harto berkuasa jadi presiden RI. Harmoko ini, menjadi momok yang memang sering banget merusak kebahagiaan kami. Selain sering menunda kebahagiaan kami, Harmoko bin Asmoprawiro anehnya adalah salah satu menteri atau pejabat yang paling terkenal pada waktu itu.
Pada tahun 1990an, salah satu jadwal TVRI yang saya ingat, biasanya dimulai pada sore hari. Dimulai dengan Film Zoro, kemudian ada acara Saka Pertiwi, Film Inochi, Lalu dilanjutkan dengan program Pengumuman Daftar Calon DPRD dari berbagai daerah, Dan pada jam 5 sore ada Berita Nusantara, kalau tidak dilanjutkan dengan acara Fragmen biasanya ada film kartun, Heman atau Donald Bebek sampai waktunya Azan Magrib. Jika pas waktunya azan magrib ini kami belum ada di dalam rumah, maka hanya ada satu pilihan: kepala kami akan mendapat pukulan atau pantat kami mendapat gebukan.
Setelah magrib, saya ingat kemudian ada acara Negeri Tercinta Nusantara, yang isinya seputar daerah-daerah di Indonesia. Habis ini biasanya Siaran Pedesaan, atau Klompencapir, atau Dari Desa Ke Desa. Seminggu sekali kemudian ada acara AMD atau program acara ABRI Masuk Desa, isinya kegiatan tentara yang melakukan pembangunan di desa-desa di Indonesia. Klompencapir, adalah salah satu masterpiece Pak Harmoko.
Sebelum jam 7 malam, biasanya ada acara keagamaan, biasanya Pengajian Alquran dan disusul dengan Mimbar Agama Islam kemudian tepat jam 7 malam ada berita lagi, yaitu Berita Nasional yang salah satu pembawa beritanya adalah Unun Sugianto. Nah setelah berita nasional ini biasanya acaranya bagus, bagus. Dan kami biasanya selesai belajar atau mengerjakan PR, jadi bisa menonton TV.
Dulu setengah delapan malam itu ada film favorit, yaitu Film Ohara, atau Ketoprak Sayembara, atau serial The A Team, atau film-film barat yang bagus. Pokoknya kalau ada film tembak-tembakan atau film perang, berarti film bagus.
Progam lainnya yang menarik dan legend adalah ACI (Aku Cinta Indonesia), film Oshin, Aneka Ria Safari, Asia Bagus, dan kuis Siapa Dia. Sinetron yang melegenda pada zaman itu adalah Losmen, Kisah Serumpun Bambu, dan Jendela Rumah Kita.
Ada satu acara yang kadang rutin tayang atau tidak tentu kapan tayangnya, yaitu Laporan Pembangunan yang berisi berita pembangunan dari seluruh Indonesia yang biasanya bahan beritanya banyak menampilkan Pak Harto meresmikan pembangunan dimana-mana. Satu lagi adalah Laporan Khusus.
Dua acara ini merupakan acara yang membosankan. Juga merusak jadwal. Laporan khusus, yang berisi laporan yang tidak kami mengerti ini biasanya disampaikan oleh Menteri Penerangan, Pak Harmoko itu. Biasanya selalu didahului dengan kalimat yang sering diulang dan menjadi terkenal, “Menurut petunjuk Bapak Presiden.” Kadang laporan khusus ini dipakai oleh Harmoko untuk menyampaikan daftar harga sembako di pasaran, dari kentang mutu AB, cabai merah keriting, kol gepeng, gula, beras, dan lain-lain.
Karena jadwal Laporan Khusus ini tidak jelas, artinya sering tidak ada di jadwal yang ada di koran Kompas dan Suara Merdeka, jadi mengambil jadwal siaran lain yang terjadwal dan sudah kami tunggu. Ini yang membuat kami tidak suka dengan Harmoko, karena merusak jadwal acara tivi. Kadang ada tetangga atau teman yang sudah siap-siap dari rumah untuk menonton tivi ditempat kami, jadi kecewa karena acara berubah. Maklum, waktu itu satu-satunya tivi di kampung kami adalah tivi hitam putih 14 inc merk Johnson di rumah kami.
Biasanya, setelah Unun Sugianto selesai membaca Berita Nasional maka tetangga akan sudah berkumpul di rumah untuk menonton tivi, nah ketika tiba-tiba di tivi yang seharusnya menayangkan film kemudian menjadi acara Laporan Khusus dan menampilkan Pak Menteri Penerangan Harmoko, maka kami semua kecewa, dan tivi akan dimatikan 15-30 menit untuk menghemat aki. Kode mematikan tivi ini setelah terdengar kalimat “Menurut petunjuk Bapak Presiden.”
Selain sebagai menteri penerangan, Harmoko awalnya adalah seorang wartawan yang kemudian membidani Pos Kota, tapi juga membredel Tempo, taboid Detik, Sinar Harapan, dan majalah Editor demi stabilitas negara pada masa orde baru. Karir politik Harmoko sampai puncaknya ketika menjadi Ketua Umum Golkar dan menjabat sebagai ketua MPR yang mengangkat dan memaksa Pak Harto sebagai Presiden kembali pada tahun 1998, sekaligus memaksanya mundur beberapa saat kemudian.
Rest In Peace Bapak Haji Harmoko bin Asmoprawiro, semoga husnul khatimah dan segera bertemu dengan Bapak Presiden untuk menerima petunjuk di sana.
zhie.ahmadd