Selain dari istilah body shaming, sebuah sebutan atas tindakan mencela bentuk fisik seseorang. Terdapat juga istilah skin shaming, dimana istilah ini muncul karena sebab mencela atau mengucapkan perkataan yang mengandung hinaan terhadap kondisi kulit seseorang utamanya di bagian kulit wajah yang biasanya terjadi karena memiliki kulit wajah yang berjerawat. Setiap wanita pada umunya akan berlomba-lomba untuk tampil secantik mungkin. Dari mulai dengan mendambakan body goals istilah dari badan yang ramping. Juga termasuk perihal kulit wajah yang glowing istilah kulit wajah bersih bersinar.
Berbagai cara dilakukan banyak wanita dalam usahanya mewujudkan penampilan yang sempurna. Dari mulai melakukan serangkaian diet dan juga pemakaian skincare rutin demi mendapatkan wajah mulus. Melakukan diet atau merawat kulit wajah dengan serangkain produk skincare adalah suatu hal yang menimbulkan dampak positif bagi kesehatan jika caranya benar dan memilih produk kulit yang aman sesuai standart dari BPOM.
Baru-baru ini sebuah postingan tentang skin shaming di posting oleh salah satu akun Instagram produk skincare Elsheskin (27/01/2021). Elsheskin membuat sebuah vidio Social Experiment untuk mengetahui respon masyarakat terhadap skin shaming. Dan hasilnya skin shaming masih sering terjadi baik disadari maupun tanpa disadari oleh seseorang atau sekelompok orang yang melontarkan skin shaming. Baik melontarkan skin shaming untuk orang lain atau bahkan kepada dirinya sendiri.
Dalam vidio yang di unggah akun Instagram milik Elsheskin, terdapat seorang wanita mengatakan skin shaming pada temannya saat melihat sekelompok wanita lain sedang berphoto di sebuah taman dengan berkata “Kalo banyak jerawatnya gak usah photo”. Tak terima dengan perkataan tersebut wanita yang merasa di ejek melabrak orang yang melontarkan ucapan skin shaming tersebut. Dan cekcok mulut pun tak terhindarkan terjadi.
Dari vidio eksperimen yang dibuat oleh brand skincare Elsheskin bertujuan mengajak masyarakat untuk lebih peka dan tidak mudah melontarkan ucapan yang mengandung skin shaming. Setiap wanita atau orang memiliki kondisi kulit yang berbeda-beda. Masalah kulit berjerawat memang sebuah hal yang agak sensitive khususnya bagi kaum wanita. Banyak faktor yang membuat kulit wajah seseoarang menjadi berjerawat bisa disebabkan karena siklus hormon, pemakaian produk yang tidak sesuai jenis kulit, genetik, adanya infeksi bakteri, pola hidup sampai makanan yang dikonsumsi bisa menjadi pengaruh dari timbuknya jerawat itu sendiri.
Wanita menjadi cenderung lebih merasa insecure (tidak percaya diri) terhadap dirinya sendiri akibat dari memiliki muka yang berjerawat. Walaupun berjerawat bukanlah suatu kondisi fisik yang tergolong kategori cacat fisik, banyak wanita merasa mudah stress karena kondisi kulit wajah berjerawat yang dideritanya tidak kunjung hilang. Bahkan sampai pada titik tidak ingin bertemu dengan siapa pun sampai kondisi kulit berjerawatnya membaik.
Terdapat sebuah penelitian terkait depresi karena jerawat yang dipublikasikan di British Journal of Dermatology. penelitian tersebut dilakukan terhadap 134.427 pria dan wanita berjerawat. Serta 1.731.608 orang tanpa jerawat selama 15 tahun. Usia peserta yang diteliti berkisar antara 7-50 tahun dan sebagian besar peserta berusia dib bawah 19 tahun.
Dan hasilnya menunjukan bahwa selama periode itu, kemungkinan peserta yang mengalami depresi berat adalah 18,5% untuk mereka yang berjerawat dan 12% untuk mereka yang tidak berjerawat. Ditemukan fakta di dalam penelitian tersebut bahwa peningkatan resiko depresi hanya bertahan selama 5 tahun pertama setelah seseorang didiagnosis jerawat. Resiko tertinggi terjadi di tahun pertama dengan peningkatan depresi sebesar 63%.
Melihat fakta tersebut, jerawat sebenarnya tidak hanya terkait dengan kondisi fisik kulit saja, tetapi juga menyangkut kondisi psikis seperti kesehatan mental seseorang. Oleh dari sebab itu penulis mengajak pembaca juga turut serta dalam menghindari skin shaming terhadap seseorang baik wanita maupun pria. Dan agar bisa lebih aware dan memberi semangat terhadap orang-orang yang sedang berjuang memulihkan kulit berjerawatnya. penulis : Agustinus Mendrofa | STISIP WIDURI