Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mengaku rasa kebangsaannya terusik gara-gara patung Presiden RI ke-2 Soeharto di Markas Kostrad dibongkar. Patung Soeharto itu dibongkar usai mantan Pangkostrad Letjen (Purn) AY Nasution merasa takut neraka.
Masalah hilangnya patung Soeharto ini pertama kali diungkit Gatot dalam webinar yang berjudul ‘TNI Vs PKI’ pada Minggu (26/9/2021). Gatot awalnya menceritakan terkait sejarah pemberontakan yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia.
Dia menyebut pemberontakan PKI sebetulnya sudah dimulai pada 1948 atau tiga tahun setelah Indonesia merdeka. Dia menyebut di usia Indonesia yang semuda itu, PKI di Madiun sudah berupaya mengambil alih Indonesia.
Gatot terus menyampaikan pandangannya soal PKI hingga akhirnya menyebut PKI masih ada meski selalu dibantah. Dia juga menyebut PKI telah menyusup ke dalam TNI. Salah satu buktinya, menurut Gatot, patung Soeharto, AH Nasution dan Sarwo Edhie di Markas Kostrad dibongkar.
“Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata, baru saja terjadi adalah Museum Kostrad, betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu, di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G30SPKI di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO,” tuturnya
“Ini tunjukkan bahwa mau tidak mau kita harus akui, dalam menghadapi pemberontakan G30SPKI, peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus yang dulu Resimen Para Komando dan Sarwo Edhie, dan peran Jenderal Nasution, peran KKO jelas akan dihapuskan dan (tiga) patung itu sekarang tidak ada, sudah bersih,” lanjutnya.
Tudingan Gatot Nurmantyo soal PKI menyusup ke TNI itu telah dibantah oleh Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman. Dia menyebut patung itu dibongkar atas permintaan mantan Pangkostrad Letjen (Purn) AY Nasution.
Gatot kemudian kembali bicara soal hilangnya patung Soeharto. Kali ini, Gatot mengatakan rasa kebangsaannya terusik.
Hal itu disampaikan oleh Gatot dalam acara Karni Ilyas yang disiarkan Karni di akun YouTube-nya bertajuk ‘KOMUNIS BANGKIT LAGI?? JENDERAL GATOT: SAYA MEMBERIKAN WARNING!” – KARNI ILYAS CLUB’. Gatot awalnya mengaku tetap berpikir positif soal Kostrad.
“Ya saya tetap berpikir positif bahwa karena Kostrad itu adalah tulang punggung, pada saat 65 (1965) dan seterusnya, untuk menjaga. Karena justru museum itu ada di Kostrad itu adalah bentuk pewarisan sejarah, agar semua prajurit Kostrad itu tahu dan sadar, bahwa panglimanya seperti itu, kemudian Kostrad seperti itu, sehingga suatu saat operasi pasti dia paling depan Kostrad,” kata Gatot dalam YouTube Karni Ilyas seperti dilihat, Kamis (30/9/2021).
Setelah itu, barulah dia mengaku kalau rasa kebangsaannya terusik gara-gara patung Soeharto dkk itu dibongkar. Gatot turut membandingkan keberadaan patung Proklamator Sukarno dengan Soeharto.
“Nah ini, tiga-tiganya mengusik kebangsaan saya, sosok Sarwo Edhie, saya juga prajurit komando, Pak Harto (Soeharto), saya juga mantan Pangkostrad, Pak AY (Azmyn Yusri) Nasution juga mantan KSAD, beliau-beliau inilah contoh, panutan, tentang bagaimana perjuangan, bagaimana cara berpikir, bagaimana cara merencanakan mengambil keputusan yang efisien. Sehingga dalam waktu yang sesingkat-singkatnya bisa memutarbalikkan. Ini kan suatu hal sangat strategis bagi bukan hanya TNI, keluarganya, maupun masyarakat,” tutur Gatot Nurmantyo.
“Bung Karni, di mana-mana patung Bung Karno ada, bahkan nama Soekarno-Hatta jalan ada, Pak Harto mantan presiden ada jasanya juga, mana sih ada patung? Hanya patung kecil seperti itu pun musnah. Ini kan suatu hal yang sangat ironis,” lanjutnya.
AY Nasution Merasa Berdosa soal Patung
Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman pun buka suara soal tudingan-tudingan Gatot Nurmantyo terkait hilangnya patung Soeharto. Dia menceritakan proses mantan Pangkostrad Letnan Jenderal TNI (Purn) AY Nasution saat meminta patung Soeharto dkk dibongkar. Dudung mengatakan, hal tersebut bermula saat AY Nasutio
n menemuinya pada 30 Agustus 2021.
AY Nasution, kata Dudung, datang dan menyampaikan kalau dirinya memiliki unek-unek yang mengganjal. Unek-unek itu rupanya terkait patung yang menggambarkan Soeharto dkk yang saat itu berada di Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat.
“Pada tanggal 30 Agustus, 2021, ada Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, mantan Pangkostrad ke-34, beliau datang ke tempat saya, ‘jadi Pak Dudung Pangkostrad, saya mantan Pangkostrad selama saya dinas disini sekitar satu tahun, saya ada unek-unek yang sampai saat ini mengganjal dalam hidup saya, salah satuny
a waktu itu saya membuat patung’,” ujar Dudung menirukan pembicaraan AY Nasution padanya, Kamis (30/9/2021).
Dudung mengatakan AY Nasution menjelaskan kalau Islam mengharamkan pembuatan patung. Dudung mengatakan AY Nasution sempat memohon dan hampir mengeluarkan air mata ketika berbicara dengannya. AY Nasution lantas meminta patung tersebut ditarik olehnya dan menyatakan patung itu akan dimusnahkan.
“‘Menurut ajaran agama Islam membuat patung itu diharamkan tidak boleh, oleh karena saya memohon kepada Pak Dudung’,
beliau tuh sampai hampir meneteskan air mata, ‘saya sudah tua Pak Dudung, saya tidak mau nanti meninggal saya masuk neraka, nah yang mengganjal ini Pak Dudung ada patung yang saya buat yang besar-besar itu patung Pak Harto, patung Pak AH Nasution dan Sarwo Edhie, mohon patung itu akan saya tarik dan akan saya musnahkan di museum’,” ujar Dudung.
Mendengar permintaan AY Nasution, Dudung mengatakan dirinya memanggil Ir Kostrad dan Kaskostrad dan menanyakan pendapat terkait permintaan tersebut. Dudung menilai, karena patung dibuat sendiri oleh AY Nasution maka dirinya tidak dapat melar
ang dan akhirnya mengizinkan.
Dudung menyebut, AY Nasution membuat patung tersebut secara pribadi bukan kedinasan. Pengambilan patung pun disebut langsung dibawa pada saat itu juga. Dudung juga tidak mempermasalahkan bila nantinya institusi akan kembali membuat patung serupa.
“Tapi karena beliau yang membuat pribadi itupun, bukan secara kedinasan, maka dipersilakan pak saya bilang, kalau kemudian nanti institusi akan buat lagi saya rasa tidak akan masalah. Saya persilakan untuk diambil dan dilaksanakan saat itu juga,” tuturnya.
Disarikan oleh P.