Pengamat kebijakan publik Nur Iswan menyayangkan penggunaan bahasa yang kasar dan bernuansa dalam wacana seputar Pilpres 2024.
Sorotan alumnus School of Public Policy and Administration, Carleton University, Kanada, itu mengarah pada diksi ‘goblok’ yang digunakan Prabowo Subianto saat capres bernomor urut 2 di Pilpres 2024 tersebut berkampanye di Riau.
Selain itu, Iswan juga menyoroti penggunaan kata ‘bangsat’ oleh wanita diduga pendukung Prabowo yang memaki Anies Baswedan saat Debat Ketiga Capres Pemilu 2024 di Istora Senayan Jakarta pada Minggu lalu (7/1/2024).
“Diksi yang kasar seperti bodoh, goblok, bacot, dan bangsat hendaknya tidak dipergunakan, terlebih lagi jangan sampai diucapkan oleh paslon atau tokoh dari semua kubu,” ujar Iswan pada Selasa (9/1/2024).
Menurut Iswan, baik pasangan capres-cawapres maupun para pendukungnya harus bisa menahan diri.
Pemerhati masalah publik yang juga entrepeneur itu menegaskan kekecewaan dan kejengkelan tidak seharusnya diluapkan tanpa kendali.
“Pikiran tetap harus jernih. Pemimpin, kan, harus bisa mengelola emosi dan perasaan,” imbuhnya.
Selain itu, Iswan mengatakan hal yang lebih penting dilakukan para pasangan capres-cawapres ialah merebut dukungan publik melalui rekam jejak, ide, dan program.
Iswan mengatakan setiap kandidat di Pilpres 2024 pasti memiliki program.
“Jangan malah menyerang dengan diksi kata yang kasar. Itu malah bisa menghilangkan respek dan simpati pemilih, bukan?” imbuhnya.
Oleh karena itu Iswan mengatakan sepanas apa pun kompetisi di pilpres, semua pihak tetap harus bersikap dewasa.
“Semua, kan, putra bangsa. Kompetisi politik memang kadang-kadang keras, tetapi pemimpin harus dingin, dewasa, dan matang, serta menjaga kesantunan dalam komunikasi publiknya,” ucapnya.
Disarikan Oleh ARS